News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prof Azra dan Buya Syafi'i Nilai Greg Fealy Berlebihan Serta Gagal Paham

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar Indonesia asal Australia Prof. Hal Hill, Prof. Greg Fealy, dan Prof. Greg Barton

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Tulisan Greg Fealy, yang berjudul 'Jokowi in the COVID-19 Era: Repressive Pluralism, Dynasticism and Over-Bearing State' di East Asia Forum pada Minggu (27/9/2020) mendapat tanggapan dari berbagai pihak.

Greg Fealy, profesor dari Australian National University, menuangkan pandangannya terhadap pemerintahan Presiden Jokowi  telah melakukan kampanye penindasan sistematis terhadap kaum Islamis dalam empat tahun terakhir.

Greg menuding pemerintah Jokowi memiliki kebijakan anti-Islam radikal yang represif  dan tidak ramah terhadap keberagaman.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Azyumardi Azra, CBE menilai tuduhan Greg itu tidak paham dan ngebyah uyah.

Azyumardi Azra menilai Greg Fealy berlebihan.

Baca: Profesor Australia Tuding Pemerintah Jokowi Anti-Islam, Legislator Golkar Sebut Tuduhan Ngawur

Dia mencontohkan, meletakkan HTI dan PKS dalam 1 keranjang. Greg Fealy tak paham dan hanya ngebyah uyah.

"Dia juga keliru menempatkan 'Islamists' dalam 1 keranjang (HTI, PKS, '212 dan kelompok jihadis/teroris). Juga menyesatkan ketika Greg bilang Rejim Jokowi melakukan represi terhadap kaum Islamis," tulis Azra dalam akun Facebook dan Twitternya, Rabu (7/10/2020).

"Dia salah ketika mengatakan PKS dipersekusi oleh rejim", ujar Azyumardi.

Twitter Prof. Azyumardi Azra.

Cuit Azyumardi Azra itu direspon oleh Buya Syafii Maarif via akun @serambibuya.

"Saya gagal faham seorang Indonesianis berfikir aneh!", ujar Buya Syafii di akun itu.

Penelitian keliru

Sebelumnya. Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menilai penelitian Greg tersebut keliru.

"Saya kira penelitian Greg Fealy sangat keliru terhadap Indonesia. Kenapa? Indonesia adalah negara yang nilai-nilai beragama itu sudah melekat dalam diri bangsa Indonesia," ucap Zainut pekan lalu.

Zainut mengakui Indonesia memang bukan negara agama, namun juga bukan negara yang sekuler.

Dalam keseharian masyarakat Indonesia, Zainut mengatakan terdapat nilai-nilai keagamaan.

Selain itu, Zainut menilai selama ini masyarakat Indonesia sudah terbiasa untuk hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain.

Pemerintah pun, menurutnya telah mengakomodir serta melindungi kegiatan keagamaan.

"Kami hidup berdampingan secara damai dengan agama lain. Dan kehadiran kementerian agama sebagai bukti bahwa negara ikut memberikan fasilitasi, penghormatan terhadap kegiatan peribadatan di Indonesia," kata Zainut.

Sebelumnya diberitakan, Greg Fealy, profesor dari Australian National University, menuangkan pandangannya terhadap pemerintahan Presiden Jokowi dalam 4 tahun ke belakang. Greg menyebut pemerintah Jokowi anti-Islam.

Tulisan Greg ini dimuat di East Asia Forum pada 27 September 2020.

Artikel di situs East Asia Forum ini diambil dari makalah terbaru Greg yang berjudul, 'Jokowi in the COVID-19 Era: Repressive Pluralism, Dynasticism and Over-Bearing State' yang akan terbit di Bulletin of Indonesian Economic Studies dan dimuat dalam ANU Indonesia Update 2020.

"Selama empat tahun terakhir, pemerintah Presiden Indonesia Joko 'Jokowi' Widodo telah melakukan kampanye penindasan terpadu dan sistematis terhadap kaum Islamis. Ini mungkin kabar baik bagi mitra barat Indonesia, terutama Australia, di mana survei-survei berulang kali menunjukkan bahwa banyak orang takut akan meningkatnya konservatisme dan militansi Islam Indonesia," tulis Greg dalam artikel itu.

Penulis: Hasanuddin/Fahdi 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini