News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Seleksi Sangat Ketat, Pengajar Apresiasi Program Guru Penggerak

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rapat koordinasi pelaksanaan pendidikan guru penggerak angkatan 2, 3, dan 4, di Jakarta, Selasa (13/10/2020).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pengajar yang lolos dalam Program Guru Penggerak (PGP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Angkatan I mengapresiasi proses seleksi yang sangat ketat.

Mereka berharap, program ini akan menjadi bagian percepatan transformasi pendidikan nasional.

Aam Amaliah, salah satu pengajar yang lolos guru penggerak Angkatan I mengakui proses seleksi program yang sangat ketat sangat bermanfaat.

“Keterampilan kami sebagai guru betul-betul digali, meskipun saya sudah mengajar lama,” terang Aam di Jakarta, Kamis (15/10/2020).

Guru SMAN 1 Cijeruk Bogor ini menjelaskan, rangkaian seleksi PGP sangat panjang. Mulai dari pendaftaran, verifikasi dan validasi data, seleksi tahap 1 berupa tes bakat skolastik dan pengumuman hasil seleksi tahap 1, penjadwalan seleksi tahap 2, seleksi tahap 2 berupa simulasi mengajar dan wawancara, pengumuman calon guru penggerak yang lolos, serta pelaksanaan pendidikan guru penggerak.

Kemendikbud telah menyelesaikan proses seleksi PGP Angkatan I dengan 2.800 peserta yang lolos dari 56 kabupaten/kota.

Proses pendampingan guru penggerak Angkatan I mulai dilakukan pada Kamis, 15 Oktober 2020.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim secara resmi melakukan pembukaan kegiatan tersebut.

Bersamaan dengan itu, proses pendaftaran guru penggerak angkatan 2 juga sudah dibuka mulai 13 Oktober-7 November 2020. Sebanyak 2.800 guru dari 56 kabupaten/kota lainnya akan direkrut untuk menjadi kandidat guru penggerak dan calon pengajar praktik (pendamping) di 74 kabupaten/kota.

Menurut Aam, PGP berupaya mengubah pola pikir para pengajar.

“Meski umur sudah masuk kepala lima, saya masih semangat menggali ilmu. Saya salut dengan pemberi materi, pendamping yang akan mendampingi kita, itu anak-anak muda tapi mereka hebat. Keren banget,” kenangnya.

Ia berharap, PGP bisa terus berlanjut demi mendorong Program Merdeka Belajar.

Pendapat senada disampaikan Theresia Sri Rahayu. Menurut guru pendamping ini, banyak sekali manfaat dan wawasan baru selama proses seleksi dan pembekalan.

“Banyak materi yang kami dapat mulai teori sampai teknik komunikasi. Kami belajar bagaimana teknik komunikasi efektif dengan calon guru penggerak,” sebut Theresia.

Guru SDN Waihibur Nusa Tenggara Timur ini mengaku selama menjalani proses pembekalan seringkali mengalami sejumlah kendala jaringan listrik dan internet. Hampir setiap hari listrik mati dan signal seringkali susah dijangkau.

Baca juga: Kemendikbud Minta Guru Penggerak Beri Pembelajaran yang Berpusat kepada Murid

Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk menjalankannya.

“Pembekalan adalah hal yang tidak boleh dilewatkan karena sangat penting. Cuma tantangannya luar biasa. Bahkan, pernah kami mengalami gempa saat mengikuti pembekalan daring,” ungkap Theresia.

Dia mengaku selama ini kesulitan melakukan inovasi di sekolahnya.

“Ketika mencoba melakukan perubahan saya butuh dukungan dari orang tua ataupun dinas pendidikan,” sebutnya. Program Guru Penggerak dinilai sangat membantu proses inovasi dan perubahan tersebut.

Guru SMA 1 Rawalo, Jawa Tengah, Aris Sugiharto menjelaskan untuk lolos sebagai guru penggerak hal penting yang harus dipersiapkan adalah mental dan kejujuran.

Para calon guru penggerak terbuka menyampaikan kemampuan yang dimiliki serta terus menggali dan mengasah potensi diri.

“Teman-teman guru ayo mendaftar, tergerak, untuk kita bisa melakukan perubahan demi peningkatan pendidikan. Tanpa ada agen perubahan, akan sulit terwujud. Harapan saya tetap semangat dengan motivasi tinggi,” tegasnya.

Aris juga berharap kendala dan hambatan selama pelaksanaan seleksi dan pelatihan di angkatan pertama dapat diatasi. Salah satunya terkait komunikasi antara pusat dan daerah. Dengan demikian, pelaksanaan program angkatan selanjutnya dapat berjalan lebih baik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini