News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

UU Cipta Kerja

Ini Sejumlah Kekhawatiran Gatot Nurmantyo Terkait UU Cipta Kerja

Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengungkapkan kekhawatirannya terkait Omnibus Law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja.

Gatot mengungkapkan kekhawatirannya tersebut berasal dari suara rakyat meski ia mengaku belum membaca sepenuhnya isi dari UU yang tengah menjadi polemik tersebut.

Kekhawatiran tersebut ia rasakan setelah mencoba memposisikan dirinya sebagai buruh atau tenaga kerja.

Baca juga: Gatot Nurmantyo Cs Cekcok dengan Polisi, Dilarang Jenguk Anggota KAMI yang Ditahan

Sejumlah hal yang ia sebut di antaranya terkait hilangnya hak pesangon, hilangnya upah minimum regional, hilangnya hak cuti hamil, serta bebasnya tenaga kerja asing.

"Ini kan khawatir yang mendasar," kata Gatot saat wawancara dengan Karni Ilyas dalam tayangan bertajuk Karni Ilyas Club - "Manuver Jenderal Gatot" yang tayang perdana di kanal Youtube Karni Ilyas Club pada Jumat (16/10/2020).

Terkait dengan tenaga kerja asing, Gatot merisaukan kondisi Indonesia saat ini yang masuk dalam fase bonus demografi di mana jumlah usia kerja produktif mendominasi.

Menurutnya saat ini tenaga kerja di Indonesia belum mampu bersaing meningat tenaga kerja Indonesia saat ini lebih didominasi oleh tenaga kerja yang tingkat pendidikannya minim.

Selain itu ia juga mengkhawatirkan perbedaan karakteristik tenaga kerja dari asing khususnya China yang ulet dengan tenaga kerja dari Indonesia yang umumnya tidak seulet tenaga kerja China.

"Dalam kondisi banyak tenaga kerja seperti ini, yang belum bisa terpenuhi dan masih ada pengangguran, kalau ada masuk tenaga kerja dari luar, ini kan sulit bersaing," kata Gatot.

Selain itu, ia juga mengkhawatirkan dari sisi keamanan dengan mengambil contoh dari Singapura.

"Justru dari segi keamanan, sangat berbahaya. Saya tidak bermaksud untuk menjelek-jelekan suatu negara dan sebagainya. Tapi kita belajar dari pengalaman. Singapura saat menerapkan negara industri, itu kan mengambil tenaga dari China walaupun tanpa bekerja sama dengan China. Nah, tidak bermaksud apa-apa. Tapi tenaga-tenaga dari China sendiri menikah, bahkan beranak binak segala macam, akhirnya mereka dominan. Sehingga Melayunya terpinggirkan, walaupun tidak bermaksud begitu. Ini juga sama kalau di sini," kata Gatot.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini