TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Bayi bekantan dari indukan yang berbeda, lahir dalam waktu yang hampir bersamaan dengan Hari Hak Asasi Hewan sedunia.
Bayi kera berhidung mancung ini lahir di Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan.
Hal ini tidak hanya disambut gembira oleh masyarakat peduli lingkungan, peneliti satwa liar serta pegiat konservasi lokal, tetapi turut mengundang perhatian dan apreseasi dari berbagai negara di belahan dunia.
Dari informasi yang diperoleh Banjarmasinpost.co.id, Sabtu (17/10/2020), kelahiran tiga ekor bekantan tersebut turut dikomentari oleh Prof. Tim Roberts dari University Of New Castle, Australia.
Ia mengapresiasi kerja keras dari tim Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) atas keberhasilannya dalam menjaga dan merawat habitat bekantan di luar kawasan konservasi yang setiap tahunnya terus meningkat populasinya.
Prof Tim Roberts yang pernah berkunjung ke Stasiun Riset Bekantan 2 tahun lalu ini mengungkapkan Apreseasi yang dikirim melalui email dan diterima oleh Founder Yayasan Sahabat Bekantan Indinesia (SBI).
“This is wonderful News. My colleague Amalia Rezeki sent me This wonderful photo of Probocis Monkey succesfully breeding on Curiak Island, a reserve that she has established in Barito River in an attempt to save this magnificent animal from extinction," ungkapnya kepada Founder Yayasan Sahabat Bakantan Indinesia (SBI).
Apresiasi juga datang dari Andy Laister, Volunteer Konservasi asal Hungaria yang merespons positif setelah membaca berita dari Banjarmasinpost.co.id tentang kelahiran tiga Bakantan tersebut.
Volunteer konservasi asal Hungaria yang pernah berkunjung ke Yayasan Sahabat Bakantan Indonesia (SBI) enam tahun lalu ini, mengatakan, "This is great news, the project you start many years ago is a success. I think you, Feri and all your team are doing a great job," ungkapnya.
Sementara itu, dari Cristina Armengol kelahiran Spanyol yang bekerja di Primate Conservation Netherlands dan pernah membantu pengelolaan primata di tempat rehabilitasi bekantan SBI ini, mengatakan, sangat terkejut dan gembira saat membaca berita ini. "Oh my God! This is amazing! Incredible news for the bekantan and for your work! ," katanya penuh kegembiraan.
Kemudian dari Finnish Association for Nature Conservation, Prof Hannu Klemola, asal Finlandia mengatakan bahwa SBI layak menjadi duta alam dan pemulihan habitat.
“Great to learn wonderful news; bekantan babies are so cute. I put a great value your and your team work and you are a real ambassador of nature and restoration of habitats," ungkapnya.
Tidak ketinggalan juga, donatur tetap Program Konservasi Bekantan di SBI, Fabiola Felix, dari Antwerp, Belgia.
“Wishes you success with the proboscis monkey conservation program and the birth of the 3 proboscis monkeys," jelasnya.
Sedangkan David Arthur Breckenridge yang juga pernah menjadi relawan konservasi bekantan SBI dari Kanada, sangat gembira mendengar kabar kemajuan populasi bekantan di Stasiun Riset Pulau Curiak.
“The total population of both groups together has nearly doubled since 2016. Safe to say it was a wise choice to focus your efforts on Curiak, because it is clearly a very supportive habitat. Lovely to hear someone concerned that the population of proboscis monkeys may be growing too fast, for once! music to my ears. People of South Borneo please recognize this asset, and the pioneering individuals behind it. Congratulations from your long-nose friends in Canada," ujarnya.
Sementara itu, tanggapan Founder SBI, Amalia Rezeki, saat ditemui Banjarmasinpost.co.id, mengatakan, sangat merasa terharu atas perhatian dan apresiasi masyarakat dari berbagai belahan dunia, terhadap keberhasilan upaya pelestarian bekantan di stasiun riset bekantan pulau Curiak.
“Alhamdulillah. Saya ucapkan terima kasih dan puji syukur atas perhatian serta apresiasi teman-teman dari berbagai belahan dunia yang peduli akan kerja keras kita bersama dalam menjaga alam dengan melestarikan bekantan. Ini semua adalah kerja keras dari semua pihak, terutama pemangku kepentingan yang peduli terhadap bekantan dinegeri ini," jelasnya.
Perempuan peraih penghargaan internasional ASEAN, Youth Eco Champion Bidang Lingkungan tahun lalu ini mengatakan terima kasih juga kepada Banjarmasinpost.co.id yang telah memperkenalkan dan menayangkan berita ini, sehingga mengugah komentar serta perhatian dan Apreseasi dari para pemerhati konservasi lingkungam di belahan dunia.
"Kini, bekantan tidak hanya milik Kalsel atau Indonesia saja, akan tetapi sudah menjadi milik dunia dan merupakan salah satu primata ikonik yang unik dan eksotik. Keberadaannya di alam mulai terancam punah. Untuk itu Lembaga Konservasi Internasional IUCN ( International Union for Conservation of Nature and Natural Resources ) memasukannya dalam daftar merah, sebagai Endangered Spesies, yang keberadaannya di alam liar terancam punah serta dilindungi," tegasnya.
Hal yang sama diungkapkan Ketua Forum Konservasi Flora dan Fauna Kalsel, Zulfa Asma Vikra, SH, MH. Dikatakan, perhatian mata dunia tentang keberhasilan dalam menjaga alam dan melestarikan bekantan adalah sesuatu yang positif dan menepis stigma sebagai negara perusak alam, khususnya hutan.
"Saya mengapresiasi keberhasilan dari tim SBI dalam upaya pelestarian bekantan di Kalsel ini. Ini merupakan angin segar yang dapat menumbuhkan semangat kita untuk terus menjaga dan merawat alam demi keberlangsungan peradaban manusia yang selaras antara manusia dan lingkungannya, sekaligus mendukung program pembangunan pemerintah yang berkelanjutan serta lestari," lanjutnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Stanislaus Sene)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Dunia Sambut Gembira Kelahiran 3 Ekor Bekantan di Pulau Curiak Kalsel,