News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Substitusi Impor Alat Kesehatan, BPPT Komersialisasikan Implan Tulang Traumatik Stainless Steel 316L

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala BPPT Hammam Riza

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong agar industri dalam negeri mampu mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor, termasuk untuk bidang alat kesehatan (alkes).

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT telah berhasil melakukan pengembangan implan tulang traumatik stainless steel 316L.

Hal tersebut diungkapkan Kepala BPPT Hammam Riza dalam agenda 'Peluncuran Implan Tulang Traumatik Produksi Anak Bangsa' yang digelar secara virtual, Selasa (27/10/2020).

"Ini adalah sebuah upaya kita untuk mengembangkan inovasi implan tulang yang sebelumnya kita awali dengan stainless steel 316L," ujar Hammam.

Pengembangan hingga proses komersialisasi teknologi ini, kata dia dilakukan dengan menggandeng industri mitra PT Zenith Allmart Precisindo yang telah mengantongi izin produksi alat kesehatan.

Baca juga: Bio Farma dan BPPT Diminta Segera Produksi Alat Tes Covid-19

Implan tulang traumatik stainless steel 316L ini merupakan bagian dari program Inovasi Teknologi Biocompatible Material untuk Alat Kesehatan.

"Kemudian secara konsisten (pengembangan inovasi ini) dilakukan oleh perekayasa dan peneliti dari PTM BPPT, bekerja sama dengan PT Zenith," jelas Hammam.

Terkait komersialisasi, produk ini kini tidak hanya bisa diperoleh melalui e-Katalog Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) saja, namun juga telah digunakan di sejumlah rumah sakit.

"Ini adalah sebuah upaya kita dari tahapan perekayasaan, penelitian, melewati pengujian, sertifikasi, ujungnya ya harus berada di pasar," kata Hammam.

Semakin modern dan banyaknya pembangunan di Indonesia serta makin padatnya kendaraan di jalan raya membuat risiko terjadinya kecelakaan pun kian tinggi.

Baca juga: Doni Apresiasi BPPT Bangun Mobile Lab untuk Tangani Covid-19

Tingginya angka kecelakaan ini tidak diimbangi dengan ketersediaan produk implan tulang karena masih bergantung pada impor.

Karena itu, pihaknya pun berupaya mengurangi ketergantungan tersebut melalui inovasi yang akhirnya dikomersialisasi untuk mensubtitusi impor produk alkes.

"Semakin banyak orang berkendaraan, semakin banyak kita harus melakukan mitigasi risiko itu. Ada banyak pasien yang akan mengalami cedera serius atau cacat dalam tahun ke depan," kata Hammam.

Menurutnya, saat ini produk implan traumatik yang beredar di dalam negeri merupakan produk impor.

"(Jumlahnya) mencapai lebih dari 90 persen, (tepatnya) 94 persen dengan harga yang juga tidak murah," kata Hammam.

Ia menilai ada beberapa faktor yang mendorong pemerintah mengembangkan produk implan versi lokal ini.

Baca juga: BPPT Kaji Teknologi Kendaraan Autonomous untuk Calon Ibukota Baru di Kaltim

Mulai dari tingginya biaya pembelian hingga pajak impor produk ini.

"Masalah tingginya biaya pembelian implan dan juga pajak impor itu mendorong untuk pengembangan implan secara lokal," tutur Hammam.

Perlu diketahui, pada 2018 lalu, dalam mengembangkan inovasi implan tulang traumatik ini, BPPT terus menggunakan material titanium.

Sehingga produk-produk implan tulang yang dihasilkan tentunya lebih maju, sesuai dengan peta jalan yang dimuat dalam PERMENKES RI No. 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Material titanium ini bersifat ringan, tahan karat dan memiliki kekuatan mekanis yang tinggi.

Ini yang membuat titanium dipilih sebagai material untuk membuat implan tulang, karena sifatnya lebih kuat dan biokompatibilitasnya pun sangat baik.


Menariknya, telah dilakukan pula pengembangan teknologi anodizing terhadap implan titanium ini.

Hal tersebut diharapkan bisa meningkatkan ketahanan korosi dan karakteristik lainnya sesuai standar ASTM F136.

Anodizing merupakan proses pelapisan yang dilakukan secara elektrokimiadan bertujuan untuk mempertebal atau memperkuat lapisan protektif alami pada logam.

Setelah melewati proses anodizing ini, produksi massal untuk membuat beberapa varian implan traumatik titanium ini pun akhirnya dilakukan.

Kemudian pada akhir 2019, PT. Zenith Allmart Precisindo dengan produk implan titanium 'Zenmed+' mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

PTM BPPT yang mengembangkan produk ini memang telah ditunjuk oleh Kementerian Riset Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) untuk menjadi Koordinator Program Prioritas Riset Nasional (PRN) Implan Tulang dan PRN Implan Gigi.

Tugasnya adalah melakukan koordinasi dan mengintegrasikan kegiatan riset serta inovasi yang dilakukan oleh para anggota PRN, agar nantinya dihasilkan hilirisasi produk implan sesuai peta jalan yang sudah disepakati.

Selain pengembangan produk implan tulang traumatik stainless steel 316L dan titanium, PTM BPPT bekerja sama dengan PT Zenith Allmart Precisindo juga sedang mengembangkan implan tulang belakang.

Saat ini, prototipe implan tulang belakang tersebut pun sudah masuk pada tahapan uji praklinik pada kadaver.

Pengujian pada kadaver itu dilaksanakan melalui kerjasama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Ada pula implan lain yang turut dikembangkan yakni implan total hip replacement (THR).

Hal itu karena kebutuhan implan THR yang kian meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia.

Ukuran implan THR ini juga perlu disesuaikan dengan anatomi orang Indonesia.

Terkait pengembangannya, PTM BPPT pun menggandeng industri lokal melalui pendekatan reverse engineering.

Saat ini beberapa komponen implan THR sedang memasuki tahapan proses pengujian dinamis, berupa pengujian kelelahan (fatigue testing).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini