TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak anak seringkali yang terbesar merasakan dampak dari sebuah peristiwa besar.
Di tengah pandemi COVID-19 yang belum usai, isu-isu sensitif seperti isu politik global menambah tantangan dalam upaya percepatan penanganan malnutrisi di Indonesia.
Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny Rosalin menjelaskan, seluruh kondisi yang dihadapi anak Indonesia saat ini bisa menghambat upaya pengentasan stunting di Indonesia.
“Pandemi menyebabkan anggaran negara dan nilai mata uang turun, pendapatkan masyarakat berkurang, hingga daya beli menurun," kata Lenny Rosalin di Jakarta, Senin (9/11/2020).
Berdasarkan data Susenas oleh BPS pada Maret 2020 oleh BPS, angka pengeluaran keluarga setelah beras adalah rokok (lebih dari 12%), Sementara sumber protein seperti telur, ayam dan susu masih sangat minim.”
“Pengeluaran keluarga untuk membeli telur hanya 4%, membeli ayam juga 4%, susu bahkan di bawah itu.
Baca juga: Laporkan 5 Akun Medsos yang Diduga Sebarkan Video Asusila, Kuasa Hukum Gisel: Akan Tangkap Pelaku
Bagaimana stunting mau di atasi jika pola pengeluaran keluarga seperti itu?
Padahal untuk pengentasan stunting protein hewani menjadi utama dan disarankan,” lanjut Lenny.
Dalam situasi yang tidak pasti dan penuh dengan tantangan bagi anak Indonesia, prioritas harus tetap diberikan pada kesehatan jangka panjang anak yang akan menjadi pemimpin masa depan, tambah Lenny
Anak Indonesia yang menjadi korban virus COVID-19 merupakan yang tertinggi se-Asia, dengan 3.928 anak terinfeksi dan 59 anak meninggal dunia.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantaranya rendahnya implementasi protokol kesehatan, keterlambatan penanganan, hingga kurangnya imunitas akibat kekurangan gizi dan malnutrisi.
Selain dampak langsung pandemi pada anak, kondisi sosiopolitik yang terjadi di Indonesia juga belakangan menjadi perhatian.
Beberapa orang tua mengeluhkan sulitnya mendapatkan produk susu anak mereka karena isu boikot dan sweeping di beberapa tempat yang sejatinya tidak relevan dengan anak Indonesia.
Ajakan untuk memboikot produk makanan dan minuman misalnya, juga membuat masyarakat sulit menemukan produk tertentu di toko eceran.
Baca juga: Nanti Malam Minum Susu Campur Merica, Dijamin Ampuh Gantikan Obat hingga Cegah Penyakit Mematikan