"Harus diterbangkan ke Mimika. Karena kalau dikerjakan di TKP itu tidak kondusif. Bahkan, tim gabungan pencari fakta pun ditembakkan? Ini yang jadi pertimbangan," ungkapnya.
Baca juga: 13 Lubang Peluru Ditemukan di Lokasi Penembakan Pendeta Yeremia, Satu Proyektil Diuji Balistik
Awi menyatakan pihaknya juga telah menerima rilis dari kuasa hukum pihak keluarga Yeremia yang masih menolak untuk membawa jenazah untuk di autopsi. Menurut dia, hal ini menjadi kendala untuk mengungkap misteri kematian korban.
Baca juga: Polri Enggan Komentari Dugaan Keterlibatan Oknum Aparat di Balik Tewasnya Pendeta Yeremia
"Inilah yang jadi permasalahan di dalam proses penyidikan. Bagaimana kita menentukan kematiannya? Kalau tidak ada autopsi. Sampai sekarang kita belum tau kalau bicara terkait dengan penyebab yang bersangkutan meninggal?"
"Kita harus buktikan dan ahli harus membuktikan karena tertembak atau apa? Itu yang harus diselesaikan," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Tim Pemantauan dan Penyelidikan Kasus Kematian Pendeta Yeremia Zanambani dari Komnas HAM RI dan Kantor Perwakilan Komnas HAM Papua mengungkap fakta yang menguatkan dugaan keterlibatan oknum aparat dalam tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya pada 19 September 2020 lalu.
Dalam kesimpulan timnya, Komisioner Komnas HAM RI yang memimpin langsung tim tersebut, yakni Choirul Anam mengungkapkan Pendeta Yeremia Zanambani sempat mengungkapkan ke dua orang saksi terkait oknum aparat yang diduga sebagai pelaku yang menyiksanya sebelum ia wafat.
Anam mengatakan Pendeta Yeremia mengungkapkan hal tersebut kepada dua orang saksi setelah istri Yeremia menemukannya dalam kondisi terluka di kandang babi sekira pukul 17.50 WIT atau kurang lebih jam 18.00 WIT pada 19 September 2020.
Berdasarkan temuan timnya juga, kata Anam, Yeremia baru wafat lima sampai enam jam setelah itu akibat kehabisan darah yang bersumber dari sejumlah luka termasuk luka tembak di tubuhnya.
"Jam 17.50 atau kurang lebih jam 18.00 istrinya mengetahui kalau suaminya sudah luka. Di dalam (kondisi) luka itulah ada cerita bahwa pelakunya yang menembak adalah saudara Alpius dan anggotanya," kata Anam saat konferensi pers secara virtual pada Senin (2/11/2020).
Hal lain yang menguatkan dugaan lainnya adalah adanya saksi yang melihat Alpius bersama tiga sampai empat anggota TNI berada di sekitar lokasi tewasnya Pendeta Yeremia di sekitar waktu ditemukannya Pendeta Yeremia.
"Ini berangkat dari pengakuan korban sebelum meninggal kepada dua orang saksi, minimal dua orang saksi yang mengaku melihat bahwa Alpius berada di sekitar TKP pada waktu kejadian dengan tiga atau empat anggotanya.
Komnas HAM menduga motif penyiksaan yang mengakibatkan tewasnya pendeta Yeremia yang diduga dilakukan Alpius adalah untuk memaksa mencari keterangan dan atau pengakuan dari Yeremia atas keberadaan senjata yang dirampas TPNPB/OPM dua hari sebelimnya maupun keberadaan anggota TPNPB/OPM lainnya.
Hal ini, kata Anam secara tegas disampaikan Alpius yang menyebutkan nama Pendeta Yeremia Zanambani sebagai salah satu musuhnya.
Selain itu Pendeta Yeremia Zanambani juga cukup vokal dalam menanyakan berulang kali keberadaan hilangnya dua orang anggota keluarganya kepada pihak TNI dalam sebuah operasi covid.