Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kadiv Humas Polri, Komjen (Purn) Setyo Wasisto, duduk sebagai saksi dalam sidang lanjutan kasus penghapusan red notice dengan terdakwa Brigjen Pol Prasetijo Utomo, Selasa (24/11/2020).
Setyo dihadirkan sebagai saksi lantaran pernah menjabat sebagai Sekretaris NCB Interpol pada periode 2013-2015.
Dalam persidangan, Setyo mengungkapkan bahwa keberadaan terpidana hak tagih Bank Bali Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko TJandra pernah terendus di dua negara, jauh sebelum tertangkap pada Juli 2020 lalu.
Baca juga: Terima Dokumen Skandal Djoko Tjandra, KPK Kaji Kemungkinan Jerat Pihak Lain
Setyo mengaku pernah bersurat dengan interpol Taiwan lantaran ada informasi keberadaan Djoko Tjandra.
"Kami minta kerja sama NCB Interpol Taiwan memberikan atensi dan apabila masuk ke agar bisa ditangkap dan ditahan," ungkap Setyo dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Selain Taiwan, keberadaan Djoko Tjandra juga sempat terendus di Korea Selatan.
Setyo mengaku pernah bersurat dengan pihak Interpol Korea Selatan untuk menangkap Djoko Tjandra bila masuk wilayah Korea.
"Kami dapat informasi saya lupa putra atau putri Djoko Tjandra menikah di Korea sehingga, kami berharap ada kerja sama Interpol Korea menangkap yang bersangkutan apabila masuk Korea," ujarnya.
Baca juga: Djoko Tjandra Ajukan Saksi Silang dalam Kasus Surat Jalan Palsu
Setyo tidak begitu ingat kapan kejadian tersebut.
Hanya saja kejadian tersebut terjadi saat dirinya masih menjabat sebagai Sekretaris NCB Interpol pada 2013-2015.
"Taiwan 2014, Korea 2015 kalau tidak salah," ungkapnya.
Dalam kasus ini, mantan Kabiro Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Badan Reserse Kriminal Kepolisian Brigjen Prasetijo Utomo didakwa menerima suap sejumlah 150 ribu dolar AS dari Djoko Tjandra.
Baca juga: Akhirnya Polri dan Kejagung Serahkan Dokumen Skandal Djoko Tjandra Ke KPK
Prasetijo menerima duit suap bersama-sama Irjen Napoleon Bonaparte lewat perantara Tommy Sumardi. Irjen Napoleon sendiri menerima 200 ribu dolar Singapura dan 270 ribu dolar AS.