Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis Sosiopreneur dan tokoh pemuda nasional Gamal Albinsaid ditunjuk menjadi Ketua DPP PKS Bidang Kepemudaan pada gelaran Munas V PKS di Bandung, Minggu (29/11/2020).
Gamal menyebut dirinya adalah anak muda dari daerah, namun PKS berani memberikan perhatian, kesempatan dan kepercayaan.
"Jadi saya ingin berpesan kepada generasi pemuda di negeri ini. Tidak peduli usia kita, siapapun yang punya ide dan gagasan, mereka punya tempat untuk mengabdi di negeri ini," papar Gamal.
Menurutnya, budaya partai politik masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, namun PKS menerapkan budaya merit sistem yang memberikan penghargaan lebih kepada orang-orang berprestasi.
"Jadi PKS ingin memberikan pesan kepada generasi muda Indonesia.
Partai ini memberikan keadilan peluang, memberikan kesempatan yang sungguh-sungguh dan berkomitmen," ujarnya.
Sebelum menerima amanah sebagai Ketua DPP PKS Bidang Kepemudaan, ia mengaku berdiskusi dengan Pimpinan PKS.
Baca juga: Balapan Liar di Jalan Gatsu Barat Kota Denpasar, 31 Pemuda dan 22 Unit Sepeda Motor Diamankan
Ia sepakat, bahwa anak muda tidak boleh dijadikan objek politik tapi sebagai pelaku dengan partai politik membuat program yang menjawab persoalan anak-anak muda.
"Konsepnya adalah PKS tidak menjadikan milenial sebagai objek, tidak melihatnya sebagai mangsa politik. Tidak melihatnya sebagai target politik, tapi kita melihatnya sebagai subjek politik," paparnya.
Gamal pun mengungkapkan beberapa data soal kebutuhan dan persoalan anak-anak muda Indonesia.
Ia menyebut hanya 2,7 persen anak muda yang suka politik, kemudian hanya 11 persen yang ingin bergabung dengan partai politik.
"Lalu apa yang mereka butuhkan? 69,1 persen mereka menyatakan mereka suka wirausaha.
Baca juga: Pengamat: Pasangan Calon Tunggal Jadi Strategi Jitu Partai Politik dan Kandidat Menangkan Pilkada
Sebanyak 20,5 persen mengatakan butuh lapangan kerja," sebut Gamal.
Partai politik tidak boleh mendekati milenial dengan gaya berpakaian, gaya bermedia sosial, atau narasi politik.
"Tapi benar-benar menghasilkan sebuah program yang menyelesaikan masalah dari generasi milenial," ucap Gamal.
"Saya yakin Indonesia sedang memasuki sebuah era baru di mana nilai penghormatan bukan diberikan lagi kepada orang-orang yang memiliki kebebasan finansial tapi kepada mereka anak muda yang memiliki ide, gagasan dan kepedulian," sambungnya.