News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kutuk Pembunuhan Satu Keluarga di Sigi, Alkater Merah Putih Dukung Pemerintah Tindak Tegas Pelaku

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selain pembunuhan satu keluarga, tujuh rumah warga setempat di Sigi juga dibakar. TNI pun mengirim pasukan khusus.

TRIBUNNEWS.COM - Tragedi pembunuhan satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah, menuai kecaman dari banyak pihak. Pelakunya diduga kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). 

Alkater Merah Putih mengutuk keras pembunuhan sadis tersebut.

Mereka juga memberikan dukungan penuh kepada Pemerintah untuk menindak tegas segala tindakan intoleran di Indonesia.

"Tidak ada toleransi untuk kelompok intoleran," kata Ketua Alkater Merah Putih Beby Hasibuan, dalam keterangan tertulisnya.

Ia mengimbau kepada semua pihak untuk bersama galang kesatuan melawan intoleransi dan kelompok ekstrimis yang bertujuan merusak soliditas dan solidaritas sebagai sebuah Bangsa, di bawah bendera Merah Putih, berdasarkan nilai Pancasila.

Warga belum berani pulang

Hingga kini, seperti diberitakan kompas.com, belum ada warga kembali ke rumah mereka setelah pembunuhan satu keluarga terjadi di wilayah Trans Lewunu, Dusun 5, RT 13, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Mereka memilih mengungsi ke desa terdekat maupun ke sanak keluarganya di desa lain.

Menurut keterangan Sekretaris Desa Lembantongoa Rifai, warga masih ketakutan dengan kejadian  Jumat (27/11/2020) kemarin.

Baca juga: Pimpinan DPR Dukung Pengiriman Pasukan Khusus TNI ke Sigi

"Belum berani mereka kembali ke dusunnya," kata Rifai, dihubungi KOMPAS.com, Sabtu (28/11/2020).

Menurutnya, lokasi kejadian memang termasuk kawasan hutan dan sunyi dan agak terpisah dengan dusun lainnya.

Baca juga: Soal Teror di Sigi, PKS: Hilangkan Satu Nyawa Tanpa Sebab, Sama dengan Membunuh Semua Manusia

Warga yang tinggal di dusun itu masih berkerabat, ada yang melalui ikatan pernikahan.

"Mereka sudah lama menetap di situ. Mereka merupakan penduduk asli lembah. Mereka pindah karena ada program transmigrasi, jadi mereka dipindahkan,"  ujar Rifai. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini