TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN - Warga Dukuh Siboto RT 11, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, kini kebingungan dan harus menggunakan jalan memutar pasca ditutupnya jalan di perlintasan sebidang yang membelah rel kereta api dan memicu insiden tewasnya 2 anggota polisi dan 1 anggota TNI yang jenazahnya belum ditemukan.
Penutupan perlintasan tanpa palang pintu otommatis itu dilakukan oleh manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara permanen menggunakan besi dengan panjang sekitar 2,5 meter.
Pantauan Tribunjateng.com warga memadati TKP, baik di perlintasan maupun sungai.
Tak Adil di Mata Warga
Penutupan perlintasan ini, dianggap warga, tidak adil.
Seorang warga menyatakan, banyak insiden tabrakan kereta dengan kendaraan di perlintasan lain, namun tidak ditutup.
"Penutupan ini (perlintasan kereta api) jelas tidak adil. Lainnya yang kemarin tabrakan di perlintasan kereta api lain tidak ditutup," kata warga yang tidak mau disebut namanya itu.
Dia mengatakan palang kereta api yang telah menewaskan dua anggota polisi dan satu TNI ini, perlintasan paling aman dibandingkan perlintasan lainnya.
Pasalnya warga yang melintas di perlintasan tersebut telah membayar dua orang untuk menjaga perlintasan kereta api tersebut.
Satu orangnya dibayar Rp 1,5 juta sehingga warga membayar Rp 3 juta.
Uang tersebut dikumpulkan dari iuran warga setiap RT-nya. Setiap RT akan secara bergantian membayar setiap bulannya.
"Perlintasan ini sebenarnya malah paling aman karena dijaga dua penjaga. Satu penjaga dibayar Rp 1,5 juta per bulan," lanjut dia.
Namun dua penjaga ini hanya menunggu palang kereta api hingga pukul 22.00 WIB.
Naasnya kecelakaan maut tersebut terjadi satu jam setelah palang tidak dijaga yakni pukul 23.00 WIB.