News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Survei 2019: 92 Persen Rumah Tangga Minta Pemerintah Buat Sistem Manajemen Sampah

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Satgas UPK Badan Air Sudin LH Jakarta Barat, sedang menjaring sampah yang terbawa arus air di Kali Duri, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (10/12/2020). Memasuki musim penghujan para petugas bekerja lebih ekstra keras dalam membersihkan sampah di sungai mengingat volume sampah selalu meningkat karena terbawa arus air. Di masa ini mereka bekerja intensif untuk membersihkan tumpukan sampah untuk mencegah banjir dan penyebaran penyakit. (WARTAKOTA/Nur Ichsan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data Survei Kesadaran Manajemen Sampah Waste4Change 2019, 92,8% rumah tangga mengharapkan pemerintah membuat sistem manajemen sampah yang lebih baik di Indonesia.

Managing Director Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan survei Waste4Change ini dilakukan terhadap 429 responden di DKI Jakarta dan sekitarnya.

"Saat ini baru 49,2% rumah tangga yang memilah sampah, sementara 50,8% rumah tangga yang tidak memilah sampah," kata Bijaksana dalam talkshow, Jumat (18/12/2020).

Baca juga: Dinas Lingkungan Hidup DKI Angkut 1,2 Ton Sampah Masker Sepanjang April-Desember 2020

Saat ini Indonesia menghasilkan 64 juta ton timbunan sampah setiap tahunnya menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Februari 2019.

Dari jumlah tersebut, sekitar 60% diangkut dan ditimbun ke tempat pembuangan akhir (TPA), 10% didaur ulang, sedangkan 30% sisanya tidak terkelola dan mencemari lingkungan.

Pemerintah melalui KLHK memiliki target kapasitas pengelolaan sampah mencapai 100%, sementara persentase pemilahan sampah oleh masyarakat dapat mencapai 50% pada 2025.

"Saat ini, Waste4Change telah melayani 48 area komersial dan 2 perumahan dengan lebih dari 2.060 pelanggan dan telah berhasil mengelola lebih dari 5.405 ton sampah di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya," kata Bijaksana.

Baca juga: Ruhamaben Kritik Pemkot Tangsel Dalam Penanganan Sampah

Bijaksana mengatakan perlunya komunikasi terkait persampahan di Indonesia dari semua stakeholder.

Mulai dari pemerintah pusat hingga daerah bahkan hingga pengepul sampah seperti para pemulung yang kerap tidak diperhatikan kesejahteraannya.

"81 persen masyarakat kita tidak memilah sampah. Padahal itu kewajiban sesuai aturan perundang-undangan," ujarnya.

Didirikan pada tahun 2014, Waste4Change terus menawarkan berbagai solusi baru untuk mengatasi masalah persampahan di Indonesia.

Data 49 persen rumah tangga yang sudah mulai memilah sampah menunjukan tingkat partisipasi masyarakat yang dinilai meningkat dalam pengelolaan sampah.

Pencapaian ini diharapkan dapat membantu Indonesia dalam mendorong terciptanya sistem pengelolaan sampah yang lebih efisien sehingga mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA dan lingkungan.

(UPT) Pelayanan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, membersihkan kendaraan bak terbuka pengangkut sampah yang masih berisi sampah dari warga di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), Jalan Mahar Martanegara, Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis (10/12/2020). Keberadaan kendaraan jenis ini meskipun sudah tidak banyak jumlahnya, tetap bermanfaat membawa sampah dari warga menuju tempat pembuangan sampah sementara. Kendaraan dump truk yang dimiliki Pemkot Cimahi dipergunakan mengangkut sampah dari tempat pembuangan sampah sementara menuju tempat pembuangan akhir di Desa Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. (Tribun Jabar/Zelphi) (TRIBUN JABAR/ZELPHI)

Hal ini perlu didukung oleh sistem manajemen sampah oleh pemerintah, atau tata kelola mulai dari regulasi dan kebijakan, kemitraan dan paling penting pembiayaan

"Harus ada wasitnya agar orang yang membuang sampah sembarangan itu jera. Ada regulasi tapi selama tidak ada wasit di lapangan, orang membuang sampah sembarangan itu tidak merasa berdosa," ujarnya.

"Bumi kita hanya satu dan Negara kita harus kita jaga dengan baik untum diwariskan pada anak cucu kita. Nggak fair jika kita masih bisa melihat alam yang indah, anak cucu kita tidak bisa melihat indahnya alam Indonesia," lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini