Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sejak Minggu (20/12/2020), putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka diterpa isu tas bantuan sosial (bansos) yang menyeret Menteri Sosial, Juliari Peter Batubara.
Gibran disebut-sebut memberi rekomendasi kepada eks Kemensos Juliari Batubara, untuk memesan tas bingkisan Bansos ke perusahaan di Solo, PT Sritex.
Di tengah kabar itu Gibran tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya.
Bahkan pada Senin (21/12/2020) sore kemarin, Calon Wali Kota Solo terpilih itu blusukan di perumahan Banyuagung, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Gibran tiba di lokasi blusukan pukul 10.20 WIB.
Ia tampak mengenakan jaket dengan paduan warna merah, putih, dan biru.
Jaket tersebut dipadukannya dengan celana panjang hitam.
Itu merupakan kali pertama Gibran melakukan blusukan pasca tahapan pemungutan suara Pilkada Solo 2020, 9 Desember 2020.
Dalam blusukannya, Gibran membagikan buku, masker, dan makanan bergizi ke warga.
"Bagi masker ke anak-anak, bagi makanan bergizi ke warga," ujarnya kepada TribunSolo.com.
Gibran tetap mengimbau masyarakat menaati protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
"Tetap pakai masker," ucap dia.
"Pokoknya, jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, itu yang paling penting," tambahnya.
Kenal Tapi Belum Pernah Ketemu
Terkait isu yang menerpanya, Gibran mengaku kenal dengan sosok mantan Menteri Sosial, Juliari Peter Batubara yang kini tersandung kasus korupsi bansos.
Meski kenal, Gibran mengaku belum pernah bertemu dengan Juliari.
"Kenal," kata Gibran di sela-sela blusukan perdana di perumahan Banyuagung, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Senin (21/12/2020).
"Belum pernah. Sekalipun belum pernah," ucap Gibran menekankan.
Gibran menegaskan dirinya tidak ikut campur dalam pusaran kasus korupsi pengadaan bansos.
Termasuk, merekomendasikan nama PT Sritex sebagai penyedia tas bansos.
"Tidak pernah namanya saya ikut campur dalam masalah Bansos," kata dia.
Baca juga: Gibran Punya Harta Kekayaan Capai Rp 21 Miliar, Bantah Ikut Campur Proyek Tas Bansos dengan Juliari
"Apalagi merekomendasikan goodie bag. Tidak pernah sekalipun. Tidak pernah ikut campur," tambahnya.
Gibran meminta pihak-pihak yang menyangsikannya terlibat dalam pusaran kasus korupsi Bansos langsung bertanya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan PT Sritex.
"Sini dibuktikan. Tidak ada yang seperti itu. Itu berita-berita yang tidak benar. Tidak ada buktinya. Sumbernya tidak tahu dari mana," aku dia.
"Silakan dibuktikan," ucapnya.
Silakan Kroscek ke KPK
"Tidak benar itu, berita tidak benar itu. Saya tidak pernah beri rekomendasi soal tas goodie bag itu, nggak pernah seperti itu"
"Silakan crosscheck ke KPK, silakan crosscheck ke Sritex," kata Gibran ditemui setelah membagikan sejumlah paket bantuan ke warga Solo, Senin (21/12/2020).
Gibran juga menyatakan, dia siap diproses secara hukum bila ada bukti dia terseret kasus Bansos Juliari Batubara.
Mengenai sosok Juliari, Gibran malah mengaku belum sekalipun bertemu.
"Ya kenal, tapi tidak pernah bertemu," kata Gibran.
Gibran pun menyesalkan pemberitaan yang beredar.
Ia mengaku tidak pernah cawe-cawe di proyek Bansos, termasuk memberi rekomendasi soal pengadaan barang.
"Saya tidak pernah ikut-ikut soal gituan."
"Kalau saya mau korupsi, kenapa baru sekarang, kenapa gak dari dulu."
"Kalau mau proyek ya yang lebih gede. Ada proyek PLN, jalan tol, dan lain-lain," jawab Gibran.
Gibran mengaku belum menghubungi ayahnya, setelah namanya ramai di media sosial terkait isu proyek Bansos.
"Nanti malam aja. Masalah gini ini saya selesaikan sendiri saja," katanya.
Soal nama dia jadi subyek utama tagar 'Tangkap Anak Pak Lurah', Gibran menjawab : "Ya tangkap saja! Tangkap saja, kalau ada buktinya."
Baca juga: Reaksi Gibran saat Dikabarkan Terlibat Kasus Korupsi Bansos: Ya, Tangkap Saja Kalau Salah
Dicatut soal Bansos
Sebelumnya, nama Gibran dicatut pemberitaan media nasional, yang menyebut Gibran memberi rekomendasi agar tas proyek Bansos Juliari Batubara, pesan di perusahaan garmen asal Solo, Sritex.
Pemberitaan ini pun ramai di Twitter, termasuk dibahas oleh sejumlah tokoh politik, di antaranya Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief dan politisi PKS, Mardani Ali Sera.
Sritex membenarkan bila pihaknya menerima orderan dari Kemensos untuk pengadaan tas bingkisan Bansos.
Hal itu disampaikan oleh Corporate Communication Head Sritex, Joy Citradewi, Minggu (20/12/2020).
"Betul kami salah satu supplier untuk tas bansos dari Kemensos," tulis Joy, lewat pesan WhatsApp kepada TribunSolo.com.
Menurut Joy, berdasar informasi yang dia terima, orderan itu datang langsung dari Kemensos RI.
Tapi, Joy mengaku pihaknya tak tahu, apakah utusan dari Kemensos itu memesan ke Sritex berdasarkan rekomendasi dari pihak lain.
"Info dari marketing kami, di-approach oleh Kemensos. Apakah approach tersebut atas rekomendasi orang lain, kami tidak tahu," kata Joy.
Menurut Joy, saat itu pihak Kemensos memesan tas, dengan menyebutkan bila pemesanan dilakukan dalam kondisi urgent alias mendesak.
Menariknya, Joy menyatakan, pihak Sritex tidak bisa memberitahu soal nilai orderan goodie bag atau tas Bansos itu.
Masalahnya, dalam kontrak dengan perwakilan Kemensos, ada perjanjian bila nilai proyek ini bersifat rahasia.
"Untuk jumlah dan harga kami tidak bisa disclose (umumkan), karena di kontrak ada confidentiality clause (klausul rahasia),"
"Kami tidak boleh share ke non binding party," terang Joy.
Joy mengatakan, pihak Sritex meyakini bila pesanan ini sudah melalui mekanisme yang benar.
Baca juga: Namanya Disebut dalam Proyek Bansos Juliari, Gibran: Kalau Saya Mau Korupsi, Kenapa Baru Sekarang?
Kasus Bansos Juliari
Menteri Sosial Juliari P Batubara menjadi salah satu tersangka dalam kasus suap bansos penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
KPK sudah mengendus kasus ini sejak Juli 2020.
"Itu satu kerja penyelidikan yang sudah kita lakukan sejak bulan Juli," kata Wakil KPK Nawawi Pomolango dalam diskusi daring, Minggu (6/12/2020).
Nawawi mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan profiling terhadap semua pihak yang diduga terlibat dalam kasus itu sejak penyelidikan.
"Jadi tidak ujung-ujungnya muncul ke depan," ucap dia.
Sebelum melakukan penindakan, KPK pun mengaku sudah melakukan sejumlah langkah pencegahan, salah satunya melalui penerbitan Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2020 tentang Penggunaan Anggaran Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 terkait dengan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi.
Nawawi menilai, semua kementerian/lembaga serta pemda seharusnya mematuhi surat edaran tersebut agar tidak terjadi penyimpangan anggaran penanganan pandemi Covid-19.
Selain itu, kata dia, pimpinan KPK juga sempat menemui Juliari dan jajarannya dalam rangka menjalankan tugas monitoring.
"Karena ketika kami mendapatkan banyak informasi bahwa ada banyak barangkali model-model kerja yang berpotensi terjadinya bentuk penyimpangan, kami datangi (Juliari dan jajarannya)," ucap dia.
"Kemudian kami berdiskusi di situ bagaimana pihak kementerian dapat menyikapi," kata dia.
Dalam kasus tersebut, total terdapat lima orang tersangka.
Penetapan tersangka merupakan tindak lanjut dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK pada Sabtu (5/12/2020) dini hari.
Adapun Juliari bersama MJS dan AW selaku pejabat pembuat komitmen di Kemensos ditetapkan sebagai tersangka penerima suap.
Kemudian, tersangka AIM dan HS selaku pemberi suap.
Juliari diduga menerima uang suap sebesar Rp 17 miliar dari perusahaan rekanan yang menggarap proyek pengadaan dan penyaluran bansos Covid-19.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Gibran Tetap Blusukan, Bagi Buku & Masker di Tengah Isu Tas Bansos yang Bikin Trending di Twitter