TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Sosial Tri Rismaharini menceritakan pengalamannya saat memimpin Kota Surabaya, Jawa Timur.
Terutama saat Risma mengungkapkan perjuangannya menutup lokalisasi prostitusi Gang Dolly di Surabaya.
Penutupan Gang Dolly, membuat Risma mendapatkan banyak ancaman.
"Saat menutup Dolly betapa beratnya saya, saya diancam dibunuh, tiap sore ada ular di depan rumah," ucap Risma dalam sambutannya pada acara Sertijab menteri sosial di Kantor Kemensos, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2020).
"Belum polisi bilang 'depan rumah ibu kebakaran, kita keluar ada asap," tambah Risma.
Baca juga: 2 UU yang Dilanggar Jika Risma Rangkap Jabatan Wali Kota dan Menteri Sosial
Selain ancaman, Risma juga mendapatkan tuntutan melalui jalur hukum dari pihak yang merasa dirugikan atas penutupan lokasi prostitusi yang terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Tuntutan tersebut bahkan mencapai Rp1 triliun.
Meski begitu, Risma mengatakan mendapatkan banyak dukungan dari warga sekitar.
"Ada yang nuntut saya Rp1 triliun dan saya pikir duit dari mana. Tapi ternyata yang bela orang Dolly semua dan mereka masuk ke pengadilan," ungkap Risma.
Kini, Risma mengatakan banyak manfaat yang didapatkan dari penutupan Gang Dolly dari masyarakat setempat.
Risma berpesan agar masyarakat jangan takut, jika berbuat untuk kebaikan masyarakat.
"Betapa bahagianya mereka yang dulu enggak pernah rasakan kebebasan, dulu anak anak jam 5 sore sudah masuk ke rumah. Sekarang mereka bisa bermain, bisa belajar. Jadi coba bayangkan, kalau kita lakukan dengan sungguh-sungguh Insya Allah bisa kembali kepada kita, enggak usah takut," pungkas Risma.
Dianggap galak
Tri Rismaharini menduga, seluruh jajaran Kementerian Sosial (Kemensos) sering mendengar bahwa dirinya adalah sosok yang galak.
"Mungkin kalau denger saya, Bu Risma Galak gitu ya," kata Risma.
Risma mengakui bahwa dirinya terkadang bersikap galak.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa dirinya adalah sosok yang baik hati dan tidak sombong.
"(Galak) kadang-kadang iya sih, (tapi) saya baik hati, tidak sombong dan rajin menabung," ujar Risma.
Baca juga: Mengenal Djoko Saptoadji, Suami Mensos Tri Rismaharini yang Tak Banyak Diketahui Publik
Pernyataan itu pun disambut tawa dan tepuk tangan dari jajaran Kemensos yang hadir dalam acara serah terima jabatan Menteri Sosial tersebut.
Risma pun ikut tertawa. Ia mengatakan, pernyataan itu biasanya dilontarkan anak-anak.
Selain itu, Risma meminta seluruh jajaran Kemensos dapat bekerja sama dengan dirinya.
"Hahahhaha opo kok tepuk tangan. Itu pepatah anak-anak. Sekali lagi mari kita bekerja sama bergandengan tangan," ucapnya.
Lebih lanjut, Wali Kota Surabaya ini berharap, jajaran Kemensos mudah menyesuaikan diri dengan pola kerjanya.
Ia mengaku, sudah terbiasa datang paling pagi ke kantor.
"Temen-temen enggak usah kaget saya datang pagi sekali, itu sudah kebiasaan saya, enggak apa-apa, temen-temen pokoknya asal enggak terlambat," pungkasnya.
Adapun serah terima jabatan mensos dilakukan oleh Muhadjir Effendy yang menjadi Menteri Sosial Ad Interim, yang menggantikan Juliari Batubara lantaran menjadi tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akibat korupsi dana bantuan sosial Covid-19.
Pagi-pagi ke kantor
Risma mengatakan dirinya akan datang paling pagi selama menjabat sebagai menteri.
Risma mengatakan kebiasaan tersebut telah dilakukannya sejak duduk di bangku sekolah hingga menjabat sebagai Wali Kota Surabaya.
"Teman-teman enggak usah kaget kalau saya datangnya pagi sekali, itu sudah kebiasaan dulu kala sejak sekolah," ujarnya.
Risma meminta jajaran Kemensos untuk tidak sungkan kepada dirinya yang akan tiba paling pagi.
Bagi Risma yang penting jajarannya tidak datang terlambat dalam menjalankan tugas.
"Enggak usah sungkan teman-teman. Kalau teman-teman datangnya, yang penting enggak terlambat itu enggak masalah. Enggak usah sungkan sama saya. Di kantor itu, saya bakal datang paling pagi, pulang paling malam," tutur Risma.
"Kalau waktunya selesai terus pulang, ya enggak apa-apa," tambah Risma.
Dirinya mengaku tidak akan mengubah kebiasaannya tersebut, demi menjalankan tugas memenuhi kesejahteraan masyarakat.
"Mohon maaf, karena saya enggak mau berubah. Saya ingin tetap jadi Risma," pungkas Risma.
Baca juga: Perhimpunan Epidemiolog: Tak Masalah Menkesnya Bukan Dokter
Baca juga: DCI Tambah Kapasitas Data Center Nasional untuk Percepatan Digitalisasi
Baca juga: Danareksa Kenalkan Reksa Dana Baru ETF MSCI Indonesia ESG Screened
Baca juga: Tribunnews.com Raih Penghargaan Sebagai Media Terbaik dari Ditjen Dikti Kemendikbud
Baca juga: Disomasi Perusahaan Perkebunan, Ponpes Habib Rizieq Diminta Serahkan Lahan