News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BNPB: Lebih dari 42.000 Rumah Warga Rusak Akibat Bencana Alam Sepanjang 2020

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah rumah rusak setelah wilayah Sukabumi, Jawa Barat, diguncang gempa pada Senin (10/3/2020). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 42 ribu rumah warga rusak akibat bencana alam sepanjang tahun 2020.

TRIBUNNEWS.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 42 ribu rumah warga rusak akibat bencana alam sepanjang tahun 2020.

Dikutip dari laman bnpb.go.id, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr Raditya Jati mengungkapkan puluhan ribu rumah tersebut rusak dengan kategori berat, sedang, dan ringan.

"Angka tersebut di luar jumlah rumah terendam yang mencapai ratusan ribu di sektor pemukiman," ungkap Raditya, Jumat (1/1/2020).

Raditya menjelaskan. data BNPB per 31 Desember 2020 pukul 15.00 WIB mencatat 42.762 unit rumah rusak dengan kategori berbeda.

Sebanyak 26.196 unit rumah rusak ringan (RR), 10.394 rusak berat (RB), dan 6.172 rusak sedang (RS).

"Di samping itu, tercatat sebanyak 836.291 unit rumah terendam," ungkapnya.

Sejumlah atap rumah rusak usai diterjang angin puting beliung yang mengamuk di kawasan Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Bekasi, Jumat, (23/10/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/Yusuf Bachtiar)

Baca juga: BMKG: 11 Gempa yang Merusak Terjadi di Indonesia Sepanjang 2020

Raditya menyebut, kerusakan rumah warga tersebut diakibatkan oleh beberapa jenis bencana, seperti banjir, angin puting beliung, tanah longsor, gempa bumi, dan gelombang pasang atau abrasi.

Berikut ini rincian kerusakan rumah yang diakibat oleh beberapa jenis bencana :

- Rumah rusak akibat banjir sebanyak 24.000 unit (RB 7.755 unit, RS 3.505 dan RR 12.740).

- Rumah rusak akibat angin puting beliung sebanyak 15.000 unit (RB 1.877 unit, RS 1.823 dan RR 11.300).

- Rumah rusak akibat tanah longsor sebanyak 1.681 unit (RB 444 unit, RS 343 dan RR 894).

- Rumah rusak akibat gelombang pasang atau abrasi mencapai 154 unit dengan rincian RB 76 unit, RS 9 dan RR 69.

- Rumah rusak akibat gempa mencapai 1.926 unit dengan rincian RB 241 unit, RS 492 dan RR 1.193.

Warga membersihkan puing setelah terjadinya banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). (WARTAKOTA/Alex Suban)

Baca juga: UPDATE Aktivitas Gunung Merapi: Penggembungan Tubuh Merapi 21 Cm Per Hari, 15 Kali Guguran

"Bencana geologi juga berdampak pada kerusakan rumah, yaitu kejadian gempa dengan magnitudo yang berbeda," ungkap Raditya.

Raditya menyebut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 11 kejadian gempa merusak pada 2020.

Sejumlah gempa tersebut mengguncang Simeuleu, Seram, Sukabumi, Tapanuli Selatan, Sabang, Maluku Utara, Bengkulu, Talaud, Pangandaran, Mamuju Tengah dan Brebes-Kuningan.

Sementara itu, jumlah kerusakan akibat bencana sepanjang 2020 pada infrastruktur fasilitas publik sebanyak 1.542 unit.

"Kerusakan mencakup fasilitas peribadatan 727 unit, fasilitas pendidikan 672, jembatan 442, fasilitas kesehatan 143 dan fasilitas perkantoran 134," ujarnya.

"Sedangkan jumlah bencana sepanjang 2020 mencapai 2.946 kejadian, dengan rincian bencana alam sebanyak 2.945 dan bencana nonalam atau pandemi Covid-19 sebanyak 1," ungkapnya.

Baca juga: BMKG Prakiraan Cuaca di 33 Kota Minggu, 3 Januari 2021: 3 Wilayah Ini Berpotensi Hujan Petir

Adapun bencana alam yang paling banyak tercatat oleh BNPB yaitu banjir sebanyak 1.075 kejadian.

Kemudian disusul bencana puting beliung 880, tanah longsor 576, kebakaran hutan dan lahan 326, gelombang pasang dan abrasi 36, kekeringan 29, gempa bumi 16, dan erupsi gunung api sebanyak 7.

Di samping dampak kerusakan fisik, sejumlah bencana mengakibatkan jatuhnya korban meninggal maupun warga terdampak.

"Bencana alam sepanjang 2020 mengakibatkan korban luka-luka 536 jiwa, meninggal dunia 370 jiwa dan hilang 39."

"Sedangkan serangkaian bencana yang terjadi menyebabkan lebih dari enam juta warga menderita dan mengungsi," jelasnya.

Raditya menyebut peristiwa sepanjang 2020 menjadi pembelajaran kepada masyarakat Indonesia.

"Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan sangat dibutuhkan dalam pengurangan risiko bencana (PRB)," katanya.

BNPB berharap sinergi multipihak atau pentaheliks dapat terus ditingkatkan, yaitu pihak pemerintah, akademisi atau pakar, masyarakat, dunia usaha dan media massa.

"Pada akhirnya dengan sinergi yang terus menerus dan langkah konkret setiap heliks pada PRB dapat berdampak pada resiliensi masyarakat Indonesia dalam menghadapi bencana," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini