TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Indonesia diramalkan akan menjadi salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia.
Potensi ini harus dimanfaatkan secara menyeluruh.
Menurut Dosen Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bagas Pujilaksono Widyakanigara, sudah seharusnya pemerintah memikirkan nikel secara komprehensif, bukan hanya fokus ke mobil listrik.
Menurut Bagas, pemerintah harus lebih konprehensif untuk memanfaatkan sumber daya nikel yang dimiliki, jika nikel (Ni) hanya dibuat baterai untuk mobil listrik, maka hasilnya tidak seberapa dibandingkan dengan jika Ni kita bikin sebagai alloying element pada pembuatan baja tahan karat, baja untuk keperluan khusus atau Ni base superalloy.
“Hasil hitungan sederhana saya, pemerintah akan memperoleh masukan keuangan jauh lebih banyak jika membangun industri metalurgi dibandingkan battery mobil listrik. Karena, life cycle and price dari produk,” kata Bagas dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa(5/1/2021) malam.
Ia menambahkan, tidak ada satupun negara maju saat ini yang tidak memiliki industri logam dasar dan kimia dasar yang kuat.
Kedua industri tersebut adalah industri hulu yang sangat menentukan nasib industri hilir, misal otomotif, permesinan, manufaktur, konstruksi, kedokteran, farmasi, tekstil, makanan dan minuman, dan lain-lain.
Baca juga: Cara Dapat Keringanan Tagihan Listrik PLN Januari 2021, Simak Petunjuk Berikut Ini
“Industri metalurgi adalah industri padat modal, energi dan tenaga kerja. Perjalanan science and technology jauh lebih panjang dibandingkan mobil listrik. Jelas, industri logam dasar lebih berpengaruh positif dalam membangun peradaban bangsa Indonesia,” ujarnya.
Bagas mencontohkan, saat Indonesia jatuh bangun akibat krisis ekonomi yang kemudian diikuti krisis keuangan, yang salah satunya diperburuk keadaannya, karena kita tidak mempunya industri logam dasar dan kimia dasar yang kuat.
“Industri hilir kita sangat tergantung bahan baku impor,” jelasnya.
Menurutnya, mobil listrik jantung hatinya ada di teknologi baterai. Sistem vehicle dan motor listrik sangat sederhana.
“Siapkah kita mengelola limbah battery-nya yang akan sangat menggunung? Apakah kita sudah punya industri recycling battery?” ujarnya.
Bagas juga mengakui, kelebihan mobil listrik terletak pada tak adanya emisi buangan.
Namun jangan lupa, mobil listrik dapat listrik dari PLN.
Baca juga: Daftar Pebisnis China yang Hilang, Selain Jack Ma, setelah Kritik Kebijakan Pemerintah