News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Captain Vincent Raditya Sebut Umur Pesawat Tak Bisa Serta Merta Jadi Penyebab Pesawat Jatuh

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pilot yang juga youtuber Vincent Raditya ditemui usai menjadi nara sumber salah satu acara TV swasta di kawasan Tendean Jakarta, Selasa (7/7/2020). Vincent yang sering berkolaborasi dengan artis ini memberikan tanggapan tentang dunia penerbangan dimasa pandemi Covid-19. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Tapi, lanjutnya, dia akan menerbangkan pesawat tua selama pesawat itu dirawat secara baik.

"Saya pernah kok terbang dengan pesawat Airbus yang tahun 1992, saya pernah terbang kok dengan pesawat tua. Yang jelas adalah bagaimana dia di-maintain. Banyak juga pesawat tua yang di-well-maintained, sehingga ketika kita datang ke pesawat itu semuanya working properly," ujarnya.

Captain Vincent mengatakan, pesawat umurnya boleh saja tua, namun seandainya dia dirawat secara baik, saat ada kerusakan pasti akan diperbaiki.

Menurutnya, perawatan pesawat itu bukan hal main-main.

"Pesawat boleh tua, airframe boleh tua, tapi kan (misalnya) namanya avionik begitu rusak dia ganti, namanya mesin begitu ada masalah pasti dia repair. Dan ini bukan main-main ketika pesawat ini harus di-maintain, mereka punya manualnya sendiri. Jadi simpelnya pesawat ini ada rekomendasi kapan dia harus dicek," ujarnya.

Menurut Captain Vincent, pesawat sudah dikatakan tua ketika memasuki 50 ribu jam ke atas.

Baca juga: Pramugari NAM Air asal Kabupaten Bandung Barat Masuk Daftar Korban Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air

Namun, katanya, tidak ada limitasi di mana pesawat itu harus berhenti dioperasikan.

"Sampai pesawat-pesawat 1930-1940, kalau memang dia di-maintain dengan baik, masih bisa digunakan," ujarnya.

Hanya saja, lanjut Captain Vincent, yang jadi masalah memang adalah biaya dari memperbaiki pesawat itu sendiri.

Semakin banyak jam terbang dari pesawat tersebut, akan lebih banyak pengecekan yang harus dilakukan.

Semakin banyak pengecekan, tentu saja membutuhkan semakin banyak biaya.

"Cuman yang jadi masalah adalah cost untuk memperbaiki pesawat itu. Semakin lama pesawat itu in-service, semakin banyak jam terbangnya, lebih banyak pengecekan yang harus dilakukan. Bukan saja dari air frame-nya, mesinnya juga sama."

"Jadi, airline itu semakin berpikir, ketika mereka harus replace replace (ganti) sendiri, tiba di satu titik mereka harus keluarkan uang terlalu besar, jadi enggak worth it lagi untuk dipertahankan pesawat ini," ujar Captain Vincent.

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan ke bagian pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh KNKT sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Jadi, lanjutnya, ketika sebuah pesawat tidak pantas lagi dipertahankan karena biaya perawatannya semakin tinggi, pilihannya adalah menggantinya dengan pesawat baru.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini