Yayu masih ingat, sebelum berangkat, Arneta memintanya membuat sayur sop dan makan cukup banyak.
Yayu pun turut mengantar sang majikan hingga ke Bandara.
Saat itu, Arneta tidak mengucapkan kata pamitan padanya.
Namun, menurut Yayu, wajah Arneta terlihat pucat.
Berbeda dengan sang ibu, tiga anak Arneta sempat berpamitan.
"Pas di Bandara itu, Ibu pucat enggak mau pamit. Tapi anaknya yang pertama sama kedua itu melambaikan tangan ke saya, kayak mau pamit gitu," kenang dia.
Berharap ada mukjizat
Yayu baru mengetahui, pesawat yang ditumpangi Areneta mengalami kecelakaan dari suami majikannya.
"Suami Ibu (Arneta) di Pontianak telepon ke keponakannya di sini, katanya kok jam 16.00 sore itu pesawatnya enggak sampai-sampai," kata dia.
Yayu berdoa ada keajaiban menaungi Arneta dan anak-anaknya.
Sebab, bagi Yayu, mereka adalah orang baik.
"Ibu itu orang baik, anaknya juga baik-baik, nurut sama saya. Saya enggak nyangka kayak gini kejadiannya. Semoga ada mukjizat," ungkap Yayu penuh harap.
Sang suami menanti, istri dan anak tak kunjung tiba
Pada hari yang sama saat pesawat Arneta hilang kontak, sang suami Yaman Zai rupanya telah lama menanti.