TRIBUNNEWS.COM - Analisis data oleh BBC Indonesia menduga pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengalami oleng sebelum akhirnya jatuh dalam kondisi mesin masih hidup.
Sebelum jatuh, pilot Sriwijaya Air SJ 182 diduga berupaya berpindah jalur.
Diberitakan BBC Indonesia sebagaimana dimuat di Kompas.com, dugaan itu muncul berdasarkan analisis hasil rekam jejak penerbangan yang dirilis Flightradar24.
Situs ini mengkombinasikan data dari Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B), Multilateration (MLAT), dan data radar.
Ketiga data itu diagregasi dan dikombinasikan dengan jadwal dan status penerbangan dari maskapai dan bandara untuk menghasilkan rekam jejak.
Namun demikian, hal ini sebatas dugaan mengingat penyebab pasti jatuhnya Sriwijaya Air akan diketahui dari investigasi atas black box Sriwijaya Air SJ 182 yang telah ditemukan.
Baca juga: Mesin Sriwijaya SJ 182 Diduga Tak Mati Sebelum Jatuh, Mantan Menhub: Ada Sesuatu Terjadi Tiba-tiba
Merujuk data Flightradar24, sejak kembali aktif mengudara pada 19 Desember 2020, pesawat PK-CLC terbang dengan rute yang sama sebanyak sembilan kali.
Peta di bawah menggambarkan tiga penerbangan terakhir Jakarta-Pontianak, yakni pada 3 Januari dan 9 Januari pukul 05.14 WIB dan pukul 14.36 WIB.
Apabila digabungkan dengan data prosedur keberangkatan (Standard Instrument Departure) yang dirilis Kementerian Perhubungan, tampak dua jalur yang biasa ditempuh oleh pesawat.
Jalur pertama seperti yang tergambar pada rekam penerbangan 9 Januari pagi hari (garis berwarna biru).
Setelah lepas landas dari bandara, pesawat akan diarahkan menuju titik yang disebut Winar dan belok ke kanan, ke titik Arjuna.
Dari Arjuna, dia kemudian bergerak ke timur laut (pada peta, ke arah serong atas kanan) menuju Pontianak.
Pada beberapa kondisi, pesawat bisa diarahkan ke titik Abasa, jalur pintas.
Perjalanan ini nampak pada penerbangan 3 Januari (garis berwarna hijau), yang menjadi pilihan jalur kedua.