News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Mantan Ajudan Bung Karno Pernah Tidak Berani Punya Cita-cita Karena Kesulitan Ekonomi

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto bersama News Director Tribun Network Febby Mahendra

Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto (85) ternyata pernah tidak berani punya cita-cita lantaran kesulitan secara ekonomi.

Sosok Sidarto tentu sudah tidak asing, namanya telah malang-melintang di tiga zaman dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

Pria kelahiran Banten 11 Juni 1936 itu dikenal sejak Orde Lama, besar di Orde Baru, dan tetap eksis mengisi sejumlah jabatan di sejumlah lembaga negara di masa Reformasi.

Sidarto besar di instansi kepolisian, terakhir menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat periode 1988 - 1991.

Baca juga: Pesan Wantimpres Sidarto Danusubroto Kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran

Sidarto juga pernah menjadi ajudan Presiden Soekarno pada 1967-1968, di awal-awal kejatuhannya sebagai pemimpin besar Revolusi dan Presiden RI pertama karena persitiwa Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Saat ini Sidarto menjabat sebagai Wantimpres Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak tahun 2015 - sekarang.

Semua pencapaian Sidarto hingga hari ini tidak dicapai dengan cara yang mudah.

"Derajat, persegi, itu tidak akan tertukar, it's true!," ucap Sidarto mengesankan pencapaiannya hari ini adalah bagian dari rencana Allah, di kediamannya, dalam wawancara eksklusif bersama Tribun Network, Jakarta, Jumat (22/1/2021).

Baca juga: PROFIL Abdul Malik Fadjar: Tokoh Muhammadiyah, Mantan Menteri Pendidikan Nasional dan Eks Wantimpres

Sidarto menceritakan, dia mengawali perjalanan panjangnya menuju sukses dengan merantau dari Yogyakarta ke Jakarta pada tahun 1955.

Sidarto muda baru lulus dari SMA Negeri 6 Yogyakarta merantau ke Jakarta tanpa saku sepeserpun dari kedua orang tuanya.

"Saya ini tahun 1955 masuk Akpol itu no single cent. Saya dari Jogja ke Jakarta naik kereta api itu tanpa saku satu perak pun," kata Sidarto.

Baca juga: Menag Fachrul Razi dan Wantimpres Habib Luthfi Ketemu di Pekalongan, Sempat Bahas soal Ini

"Jadi dari stasiun Gambir ke rumah kakak saya itu jalan kaki, Bonek (bondo nekat) saja," sambung pria yang mengisi posisi Wantimpres di dua periode kepemimpinan Presiden Jokowi itu.

Sidarto menceritakan, setibanya di Jakarta, ia pernah ditanyai soal cita-citanya di masa depan.

Namun, saat itu Sidarto mengaku tidak berani memiliki cita-cita dengan alasan karena kesulitan ekonomi.

"Ditanya orang itu, 'you pingin jadi apa?' saya tidak berani punya cita-cita karena tidak ada uang sama sekali, mau kuliah tidak bisa, jadi kalau lamar sekolah yang ada beasiswanya," ungkap Sidarto.

Namun demikian, Sidarto muda pantang menyerah dan mengajukan lamaran ke sekolah-sekolah yang menyediakan beasiswa.

Dia pun akhirnya resmi menjadi salah satu pelajar di Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 1955.

Kesempatan memasuki Akpol itu diakui Sidarto sebagai ridho Allah, yang akhirnya mengantarnya menuju kesuksesan yang saat ini dicapainya.

"Akhirnya ridho Allah memberikan kesempatan diterima di Akpol tahun 1955," ucap Sidarto.

"Jadi rejeki, nasib tidak mungkin tertukar," imbuh dia menegaskan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini