Dari segi waktu pemberian vaksin, sebagian besar responden yaitu sebanyak 49 persen (394 orang) menyatakan berharap vaksinasi massal dilakukan apabila kualitas vaksin telah terbukti efektif.
Sementara itu, ada sebanyak 19 persen responden (155 orang) yang ingin vaksinasi dilakukan secepatnya.
Di luar keduanya, ada masing-masing 10 persen (76 orang) dan 9 persen (74 orang) yang memilih mendapatkan vaksin sesuai jadwal pemerintah dan setelah kelompok prioritas menerimanya.
SehatQ juga menggali informasi dari para responden yang belum bersedia menerima vaksin.
Setidaknya ada 12 persen responden dari total responden (98 orang dari 797 orang) yang menolak vaksin dengan empat alasan.
Pertama, para responden (66 persen responden atau 98 orang yang menolak) tidak yakin terhadap keamanan maupun efektivitas vaksin Covid-19.
Kedua, sebanyak 19 persen (19 orang) responden mengkhawatirkan efek samping di kemudian hari.
Ketiga, 8 persen responden (8 orang) meyakini ada alternatif selain vaksin untuk mengakhiri pandemi.
Keempat, pertimbangan kepercayaan dalam agama membuat 6 persen responden (6 orang) menolak vaksin Covid-19.
Baca juga: Letjen (Purn) Marciano Norman dan Nasib PON XX: Kalau Ada Atlet Tak Mau Divaksin, Itu Pilihan Mereka
Tak Perlu Khawatir
Menanggapi hasil survei ini, Senior Executive Vice President (SEVP) Penelitian dan Pengembangan Bio Farma, Drs Adriansjah Azhari Apt MM menyatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kualitas dan keamanan vaksin Covid-19 yang beredar di Tanah Air.
"Sebelum didistribusikan kepada masyarakat, tim peneliti bersama tim medis, melakukan pengujian ketat terhadap vaksin," ujar Drs Adriansjah.
Bio Farma sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang terlibat dalam penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 yang akan diedarkan bagi masyarakat Indonesia.
Webinar perdana pada hari ini akan diikuti dengan beberapa sesi lanjutan seputar topik vaksin Covid-19, dengan pembicara dari berbagai institusi pemerintahan dan tokoh masyarakat lainnya.