TRIBUNNEWS.COM - Penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) lalu, masih diselidiki.
Pada hari jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182, Direktur Utama AirNav Indonesia, Pramintohadi Sukarno, mengungkapkan air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta sempat memanggil pilot sebanyak 11 kali sebelum kecelakaan terjadi.
Tak hanya itu, penerbangan lainnya, seperti Garuda Indonesia, juga mencoba berkomunikasi dengan SJ-182.
Namun, panggilan tersebut tak mendapat respons.
"ATC berusaha memanggil berulang kali sampai 11 kali, kemudian juga dibantu oleh beberapa penerbangan lain antara lain Garuda untuk mencoba melakukan komunikasi dengan SJ 182 namun tidak ada respons," ungkap Pramintohadi saat rapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu (3/2/2021), dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
Baca juga: Kata KNKT soal Dugaan Penyebab Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh, Bukan karena Meledak
Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh Sisakan Misteri, Manuver Terakhir Captain Afwan dan Kata Clear
Lebih lanjut, Pramintohadi membeberkan kronologi SJ-182 lepas landas hingga hilang dari radar dan akhirnya jatuh, sebagai berikut:
14.36 WIB - Sriwijaya Air SJ-192 lepas landas dari runway 25 Bandara Soekarno-Hatta untuk bertolak ke Bandara Supadio, Pontianak.
Pesawat lalu melewati ketinggian 1.700 kaki dan diinstruksikan naik ke ketinggian 29.000 kaki, mengikuti standar alur keberangkatan.
14.38 WIB - SJ-182 melewat ketinggian 7.900 kaki dan meminta arah 075 derajat pada ATC karena alasan cuaca.
ATC lalu menginstruksikan SJ-182 naik ke ketinggian 11.000 kaki karena pada ketinggian yang sama, ada pesawat Air Asia yang juga terbang menuju Pontianak.
14.39 WIB - Pesawat berada di ketinggian 10.600 kaki, lalu diinstruksikan agar naik ke ketinggian 13.000 kaki.
SJ-182 merespons instruksi tersebut.
Tiba-tiba pesawat terpantau belok ke arah kiri atau barat laut.
Padahal seharusnya pesawat belok ke kanan di posisi 075 derajat.
14.40 WIB - Pihak ATC mengonfirmasi arah Sriwijaya Air SJ-182 namun tak direspons.