News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Menteri Basuki: Kalau nggak Mandi itu Rasanya Dosa, Takut Nularin Bawa Virus dari Luar

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dengan Founder Indonesia Water Institute Firdaus Ali.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah mengubah peradaban manusia di dunia. Kini, semua orang dianjurkan untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, hingga mencuci tangan, agar tidak tertular oleh Covid-19.

Orang yang tidak memakai masker di tengah keramaian kini akan terlihat menjadi sesuatu yang ganjil.

Banyak cerita menarik terkait perubahan perilaku masyarakat itu.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono juga punya cerita terkait hal tersebut.

Dalam sebuah diskusi daring tentang Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat, Kamis (11/2/2021), Basuki menceritakan bagaimana hari-harinya yang kini tak pernah lepas dari masker.

Bahkan, ia mengaku juga tetap menggunakan masker ketika tidur bersama cucunya.

"Sekarang kita kalau di tempat umum tidak pakai masker rasanya tidak nyaman, juga tidak aman. Tidur pun kadang-kadang kalau ada cucu, misalnya mau tidur bareng, kita harus pakai ini (masker), karena takut dia ketularan," kata Basuki.

Terkait perubahan perilaku itu, Basuki teringat ketika pertama kali polisi mewajibkan pengendara motor memakai helm.

Mulanya, kebiasaan itu dibentuk dengan paksaan. Namun lambat laun masyarakat menjadi lebih nyaman dan aman ketika menggunakan helm saat berkendara.

Baca juga: Curhat Menteri Basuki Tidur Bareng Cucu Gunakan Masker karena Transisi Peradaban  

Baca juga: Momen Menteri Basuki Mengelap Prasasti Peresmian Tol Kayu Agung-Palembang hingga Buat Jokowi Kaget

"Itu saya ingat, kalau masker saja sekarang orang dioyak-oyak (dikejar) diingatkan, ditilang segala. Seperti halnya orang dulu naik motor pakai helm, mungkin lebih dari setahun kalau tidak pakai helm ditilang dan sebagainya. Tetapi sekarang orang naik motor lebih nyaman dan pakai helm," tuturnya.

Selain kebiasaan memakai masker, masyarakat juga lebih nyaman mandi sepulang dari aktivitas di luar rumah.

Bahkan, sebagian masyarakat bisa mandi hingga 3 kali sehari.

Basuki sempat berseloroh apabila tidak mandi rasanya seperti berdosa.

Dia khawatir menularkan virus dari luar rumah ke keluarganya.

"Kalau nggak mandi itu rasanya dosa takut nularin bawa virus dari luar," ujarnya.

Selain itu, kata Basuki, saat ini banyak perkantoran, hingga rumah-rumah yang menyediakan fasilitas cuci tangan di depan kantor atau rumah.

Penyediaan fasilitas cuci tangan ini menurutnya akan terus bertambah bukan hanya di kantornya saja.

"Lalu cuci tangan, sekarang ini di depan kantor ada fasilitas cuci tangan, ini pasti akan terus begini. Dulu tiap rumah ada kendi, sekarang cuci tangan, ini mengubah peradaban," kata Basuki.

Basuki memperkirakan kebiasaan ini masih akan berlanjut meskipun pandemi Covid-19 sudah hilang.

"Ini semua mengubah peradaban dan semua itu pasti akan mengubah konsumsi air bersih kita," tuturnya.

Apa yang dikatakan Basuki terbukti.

Menurut hasil survei perubahan pola konsumsi air di tengah masyarakat dari Indonesia Water Institute (IWI), di tengah pandemi Covid-19 ini, konsumsi air bersih meningkat.

Dalam hasil survei yang dilakukan akhir 2020 lalu disebutkan total konsumsi air masyarakat untuk keperluan kebersihan dan sanitasi meningkat hingga lebih dari dua kali lipat di tengah pandemi.

Kini konsumsi air rumah tangga di Indonesia mencapai 995-1.415 liter per hari di tiap rumah, padahal di tahun 2013 konsumsi masih berada di level 415-615 liter per hari di tiap rumah.

Sama seperti yang dipaparkan Basuki, peningkatan terbesar terjadi untuk keperluan mandi dan cuci tangan.

Di tahun 2013 kebutuhan air untuk mandi di tiap rumah hanya 50-70 liter per hari, kini menjadi 150-210 liter per hari.

Baca juga: Ribuan Tracer Covid-19 Diterjunkan, Menkes : Laju Penularan Dapat Diturunkan

Baca juga: Terjadi Perubahaan Gaya Hidup Selama Pandemi dan Pascapandemi Covid-19

Untuk cuci tangan yang awalnya kebutuhan di tiap rumah hanya 4-5 liter per hari di tahun 2013.

Kini di tengah pandemi naik menjadi 20-25 liter per hari di tiap rumah.

Terkait kebutuhan air, Basuki mengidentifikasi tiga permasalahan dalam penyediaan air di Indonesia.

Pertama adalah terkait air bersih dan air baku. Menurutnya, air baku secara prinsip hidrologis pada umumnya berjumlah tetap.

Sehingga, kekurangan atau kelebihan air dinilai sebagai adanya kesalahan dalam manajemen.

"Allah memberikan air dalam jumlah yang cukup. Jadi kalau ada yang kekeringan atau kebanjiran pasti manajemen airnya yang tidak baik," ujar Basuki.

Di sisi lain, kualitas air pun pada dasarnya diturunkan secara baik.

Sehingga, kalau ada kualitas air yang jelek maupun tidak benar, maka manajemen air tersebut perlu diperbaiki.

"Tentang air baku, kalau lihat waduk-waduk pasti lihat warnanya cokelat, pasti di atas ada hal-hal di hulu yang dirusak atau diubah," kata Basuki.

Persoalan kedua, kata Basuki adalah unaccounted for water atau non revenue water yang menurutnya masih tinggi.

Ia mengatakan upaya memperbaiki persoalan itu masih kurang agresif lantaran membutuhkan biaya besar.

"Misalnya dulu di PDAM jumlah pipanya 100 tapi jadi kuitansi bayar 60. Ngitungnya tinggal berapa produksi air dan berapa yang bisa ditarik kuitansinya. Itu unaccounted-for-waternya 40 persen. Itu bisa bocor secara teknis atau administrasi karena ada perusahaan dalam perusahaan," kata Basuki.

Persoalan ketiga adalah perkara tarif. Basuki berujar air bukan komoditas ekonomi penuh melainkan juga memiliki nilai sosial.

Meskipun demikian, ia mengingatkan bahwa dalam membawa air ke rumah, proses membersihkan air pun membutuhkan biaya.

"Itu perlu dihitung. Sehingga nantinya biaya dibutuhkan tidak melulu dari APBN tapi ada kerja sama dengan badan usaha," kata Menteri PUPR tersebut.

Sementara itu Pimpinan Indonesia Water Institute (IWI) Firdaus Ali mengatakan, kebutuhan air bersih menjadi tantangan di tengah pandemi Covid-19.

Mencuci tangan menggunakan air bersih menjadi anjuran dalam protokol kesehatan.

"Di samping wajib menggunakan masker, masyarakat juga harus mencuci tangan dengan air bersih dan butuh paling 50 liter air per mari untuk cuci tangan saja satu rumah keluarga. Belum lagi kegunaan air untuk kebutuhan lainnya," ucap Firdaus.

Menurut Firdaus, IWI berkomitmen berkontribusi dalam permasaaah air di tanah air lewat kajian water stres index atau indeks tekanan air.

"Kita akan melakukan pemetaan kelangkaan air di DKI jakarta. Ini mungkin studi paling detai di level kelurahan," tuturnya.(tribun network/rey/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini