Ismail menyoroti isi konten provokatif namun keliru itu. Salah satu yang dinilai Islail adalah "Manfaat poligami yang bisa dinikmati umat Islam." Ismail pun tertawa. '
"Duh.. haha. Umat Islam yang beneran mau poligami, juga ndak akan menulis spt itu. Sptnya terburu2 bikin kontennya," ujarnya.
Meski demikian, Menurut Ismail, misi telah berhasil.
"Misi cukup Berhasil. Kalau melihat komentar2 yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan. Tp banyak yang isinya percaya bahwa "Aisha Weddings" ini betul2 ada, shg menuding: ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis eseks2, agenda pedofilia, poligami," jelasnya.
Ismail pun menyertakan peta percakapan di medsos. "Kalau dari peta ini, misi
"Aisha Wedding" cukup berhasil membuat heboh dan viral, karena beritanya diangkat oleh banyak media main stream, bahkan TV, meski isinya adalah pelaporan KPAI."
Di akhir cuitannya, Ismail membuat kesimpulan:
1/ Aisha Weddings ini sebagai WO resmi tidak jelas keberadaannya baik secara online maupun offline.
2/ Situs onlinenya juga baru diisi kontennya pada 9 Feb (berusia 1 hari), dan sebelumnya terakhir diupdate 2018, itupun redirect ke situs lain.
3/ Disinformasi yg meresahkan ini serius dibuat, dilihat dari spanduk (offline) yang disebar di beberapa titik.
4/ Banyak pihak sudah menyatakan keberatan atas iklan nikah muda, poligami, penyimpangan pemahaman agama dan UU yg dibuat oleh akun tidak jelas ini.
5/ Jika tujuannya untuk membangun keresahan, misi ini cukup berhasil, karena narasinya berhasil menarik komentar dari berbagai organisasi besar, dan juga diliput media mainstream dan TV.
Pada bagian Closing, Ismail menulis:
"Menurut saya sih, kehebohan publik ini tak perlu dilanjutkan. Karena memang tidak jelas siapa yang membuat, dan tujuannya sepertinya bukan sungguh2 sebagai iklan Wedding profesional.
Kita serahkan kepada kepolisian untuk mengungkap pelakunya biar tidak terulang," pungkasnya.