Namun, Karti tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Semoga apa yang dicita-citakan Wahyu bisa tercapai," harap Karti.
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, siswa kelas dua SMP yang akrab disapa Wahyu itu ingin menjadi santri di pondok pesantren (ponpes), tetapi terhalang biaya.
Elisa Cahyati, anggota keluarga Wahyu, mengungkapkan bahwa impian Wahyu nyantri di ponpes akan menjadi kenyataan.
Pasalnya, kabar keinginan Wahyu masuk ke ponpes sampai di telinga pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Kota Tangerang.
"Ketua NU Tangerang dateng ke rumah Wahyu hari ini, ditawarin tiga kiai untuk untuk milih mau (masuk) pesantren mana," ungkap Elisa kepada Tribunnews.com, Kamis (11/2/2021).
Baca juga: Ingin Masuk Ponpes, Wahyu Bocah SMP yang Azan di Kuburan Ayah Terbentur Biaya: Saya Ingin jadi Ulama
Elisa menyebut, pihak NU Kota Tangerang meminta Wahyu untuk memilih pesantren mana yang ingin ia masuki di seluruh Indonesia.
"Wahyu disuruh mau pesantren di Indonesia, terserah Wahyu mau pilih yang mana," ungkap Elisa.
Namun, Wahyu saat ini masih mempertimbangan pesantren mana yang ingin ia masuki.
"Belum (milih), mau dimusyawarahin dulu dengan keluarga," ungkap Elisa.
Diketahui, Wahyu menangis saat mengumandangkan azan di kuburan sang ayah, Senin (1/2/2021).
Baca juga: Panik karena Viral, Penculik Bocah 4 Tahun di Palembang Pura-pura jadi Penyelamat Lalu Telfon Polisi
Mengenakan baju koko hijau dan berpeci hitam, Wahyu azan di pusara ayah, sosok yang melantunkan azan saat ia lahir.
Dalam posisi berjongkok di dalam liang kubur sang ayah, Wahyu tak kuasa membendung tangisnya.
Namun, dengan tegar ia mampu menyelesaikan azannya.