TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama 40 tahun berkarya, Denny JA sudah menulis total 102 judul buku baik bahasa Indonesia dan Inggris, Fiksi dan non Fiksi.
Menyambut 40 tahun Denny JA berkarya, Penerbit buku Inspirasi.Co mempublikasi kembali respons lebih dari 100 pakar atas gagasan Denny JA di bidang Demokrasi, Agama, Marketing Politik, Psikologi Positif (Happiness), hingga Sastra.
“Selama 40 tahun belakangan ini, saya aktif di banyak bidang. Kepada komunitas selalu saya katakan. Bahwa jiwa saya yang sebenarnya adalah penulis. Bisnis hanya sampingan. Politik praktis hanya selingan,” ujar Denny JA.
Baca juga: Tempati Posisi Teratas Survei Charta Politika, Sekjen Minta Kader PDIP Tidak Cepat Puas Diri
Penerbit mempublikasi kembali di aneka media sosial soal respon lebih dari 100 pakar itu, soal gagasan Denny JA, dalam 6 buku ini:
1. Hijrah Dunia Muslim Menuju Demokrasi dan Kebebasan
Denny JA melakukan riset atas 50 negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Ia menyimpulkan masa depan dunia muslim adalah hijrah secara bertahap menuju demokrasi dan kebebasan.
Sembilan Pakar merespon gagasan itu
2. Berubahnya Pemahaman Agama di Era Google
Denny JA melakukan riset korelasi indeks kebahagiaan (World Happiness Index), Indeks pembangunan manusia (Human Development Index), Indeks pemerintahan yang bersih (Corruption Perception Index) dengan riset kuantitatif pentingnya agama bagi sebuah negara.
Baca juga: Survei Charta Politik: PSI Ungguli PAN Jika Pemilu Diadakan Sekarang
Berangkat dari data itu dan lainnya, Denny menyimpulkan berlaku 11 Fakta di era Google yang secara perlahan mengubah pemahaman atas agama, dari kebenaran mutlak menuju kekayaan kultural milik semua.
Sepuluh pakar merespon isu itu.
3. Denny JA’s Law of Marketing Politik
Atas pengalamannya menjadi founding father konsultan politik di Indonesia, (2003- 2021), pengalamannya ikut memenangkan semua capres era pemilihan langsung empat kali berturut-turut (2004, 2009, 2014, 2019), 38 gubernur, dan 102 walikota/bupati, Denny JA menyusun teori baru dalam marketing politik.
Sepuluh pakar merespon gagasan itu.