TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan pemerintah terus melakukan langkah-langkah deradikalisasi dan pembinaan bagi mereka yang terpapar radikalisme dan mengarah ke terorisme.
Hal itu menyusul berbagai macam peristiwa teror yang terjadi dalam dua hari belakangan, yakni teror bom di Gereja Katedral Makassar hingga penangkapan terduga teroris di Jabodetabek.
"Karena ternyata sel-sel itu masih ada. Kadang dia tidak muncul, tapi suatu ketika muncul," kata Ma'ruf saat melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah, Selasa (30/3/2021).
Baca juga: Densus 88 Masih Dalami Keterkaitan 4 Terduga Teroris di Jakarta-Bekasi dengan FPI dan Bom Makassar
Wapres pun meminta masyarakat terus waspada, dibantu oleh tokoh agama, tokoh masyarakat hingga aparat keamanan
"Di samping memberikan pemahaman, juga melakukan pengawasan dan pencegahan tindak radikalisme," katanya.
Ma'ruf juga menegaskan bahwa tindakan terorisme tak ada kaitannya dengan agama
"Tak ada agama yang memberikan toleransi atas terjadinya terorisme, kekerasan. Apalagi sampai membunuh orang lain, atau bahkan membunuh diri sendiri. Itu tak ada. Karena itu seluruh tokoh agama mengutuk perbuatan itu," pungkasnya.
Baca juga: Temuan Atribut FPI Dalam Penggerebekan Terduga Teroris, Pengacara Rizieq: Bisa Dibeli di Mana-mana
Diketahui, tindakan terorisme belakangan ini terjadi.
Polda Metro Jaya pada Senin (29/3/2021) menangkap empat terduga teroris di empat lokasi terpisah.
Kemudian, sehari sebelumnya, Minggu (28/3/2021), Gereja Katedral di Makassar diledakkan oleh dua orang.
Ledakan yang diduga bom itu terjadi sekitar pukul 10.28 WITA.
Ada sejumlah potongan tubuh terlihat di sekitar gereja.
Baca juga: BNPT Bentuk Satgas Pendampingan Bagi Korban Terorisme di Gereja Katedral Makassar
Saat ledakan terjadi umat gereja katedral sedang beribadah
Tindakan teror juga dialami petinggi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Ahmad Yani.
Rumah Yani dilempari benda diduga bom yang kemudian dipastikan kepolisian bahwa itu adalah bom palsu.