TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendeta Jhon PE Simorangkir DTh mendeklarasikan diri untuk maju sebagai calon Sekretaris Jenderal Gereja Kristen Protestan Indonesia (Sekjen GKPI) dalam ajang Sinode AM Ke XXII GKPI yang akan digelar di GKPI Center Pematang Siantar, 15-18 April 2021.
“Dengan mengandalkan anugerah dan kekuatan Tuhan, saya menyampaikan kepada para pendeta, pelayan, dan warga Jemaat GKPI di seluruh Indonesia tentang kesediaan saya untuk menjadi calon Sekjen GKPI. Saya ingin turut memberikan diri dalam kepemimpinan GKPI, untuk memperjuangkan visi dan cita-cita GKPI, yakni menghadirkan pelayanan seperti kegembalaan Yesus Kristus Sang Gembala Baik (Injil Yohanes 10:1-18),” kata Pdt Jhon PE Simorangkir disela-sela acara di GKPI Rawamangun, Jakarta, Senin (29/3).
Ada enam point visi dan cita-cita GKPI yang akan diperjuangkan Jhon Simorangkir, yang saat ini sebagai Pendeta GKPI Jemaat Khusus Satria Grogol, Jakarta Barat, yakni; Pertama, perwujudan Renstra (Rencana Strategis) GKPI, gerak harian umat yang berdoa dan membaca Firman; kepemimpinan yang dipercaya (menimbulkan trust).
Kedua, pengelolaan administrasi dan keuangan secara transparan dan akuntabel. Juga, pengelolaan data pendeta dan pengerja GKPI dengan menggunakan data base sehingga terdapat pengenalan seksama terhadap potensi, pengembangan dan SDM pengerja GKPI, demikian dalam hal penempatan.
Ketiga, penyiapan Pendeta GKPI yang komprehensif dengan melakukan pendampingan dan ikut dalam pengasuhan sejak mereka berada di sekolah-sekolah Teologi.
Keempat, mengabarkan Injil dan Misi Allah secara komprehensif termasuk pemberdayaan warga jemaat.
Kelima, memperlihatkan semangat menggereja dalam segala keadaan, yaitu dalam masa Covid-19 tetap beribadah dan memberitakan Firman Tuhan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi digital, dan melakukan perwujudan Firman Tuhan itu melalui, diakoni karitatif, maupun reformatif dan transformatif.
Keenam, terus menjalin dan meningkatkan kerjasama dengan Gereja-gereja Lutheran Sedunia (LWF), UEM dan mitra-mitra luar negeri lainnya, khususnya dalam program-program pemberdayaan jemaat dan masyarakat, serta penyediaan beasiswa kepada para pendeta dan anggota jemaat yang mempunyai minat dan kemampuan studi yang tinggi.
“Dengan latar belakang saya sebagai Pendeta GKPI selama 22 tahun, yang menjalani baik pengalaman akademik, maupun berjemaat, dari menghubungkan keduanya secara dialektis, saya yakin dapat bekerja sama dalam kepemimpinan GKPI untuk melanjutkan dan mewujudkan cita-cita GKPI menghadirkan pelayanan seperti kegembalaan Yesus Kristus, Sang Gembala Baik (Yoh. 10:1-18); melayani bukan untuk dilayani (Markus 10:45); menggereja dengan semangat Imamat Am Orang Percaya (1 Petrus 2:5,9); Gereja yang melakukan Penginjilan dan Misi yang Holistik"; serta Gereja yang berdiakoni" tandas Jhon, lulusan Doktor Teologi dari Lutheran Theological Seminary, Hongkong ini.
Sementara anggota Jemaat GKPI Menteng, Saut Sitompul, mendukung penuh pencalonan Pdt Jhon Simorangkir sebagai Sekjen GKPI.
“Ketika Amang Pendeta Simorangkir mencalonkan diri sebagai Sekjen GKPI, kita merasa ada tempat untuk menggantungkan harapan. Apalagi beliau kaya akan pengalaman pelayanan dan jenjang pendidikan yang sudah doktor. Beliau sukses melayani mulai jemaat kecil hingga saat ini memimpin Jemaat Khusus Satria, Jakarta,” ujar mantan Ketua Tim Penyusun Tata Laksana Keuangan di GKPI, (2005-2010).
Dukungan untuk Pdt Jhon Simorangkir mencalonkan diri sebagai Sekjen GKPI juga datang dari Penasihat BKS Pria Regional I, Haposan Hutagalung, SH.
“Meski muda, namun dari segi kualitas rohani, pendidikan dan latar belakang, Pendeta Jhon Simorangkir ini sangat patut didukung untuk bisa berkontribusi memperbaiki apa yang tidak baik selama ini,” jelasnya.
“Kita mengusung beliau bukan karena kedekatan pribadi, tapi karena kualitasnya. Dia humble, (rendah hati), orangnya. Sejak muda beliau ini transparan dan jujur. Jujur itu sangat penting, apalagi menyangkut keuangan yang sangat sensitif,” lanjutnya.
Menurut Haposan, pimpinan yang baik dan berwibawa itu bisa dipercaya melalui pelayanannya yang maksimal ditengah-tengah jemaat.
“Kalau pimpinan itu sudah tidak dipercaya, bagaimana jemaat mau kasih ucapan syukur kolekte yang maksimal. Biarlah yang lalu itu diperbaiki oleh calon pimpinan yang akan dipilih sebentar lagi. Pun, jika ada kesalahan dimasa lalu, biarlah diproses untuk dipertanggungjawabkan,” tandas Haposan Hutagalung.(*)