News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

SOSOK Abdullah Hehamahua Eks Penasihat KPK, Sebut Temuan Atribut FPI Pengalihan Isu & Rekayasa

Penulis: garudea prabawati
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdullah Hehamahua - Abdullah Hehamahua, eks Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beri tanggapan soal temuan atribut FPI di rumah terduga teroris.

Yakni membahas penuntasan peristiwa enam laskar FPI tewas ditembak di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.

Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi

Partai Masyumi resmi kembali dideklarasikan, Sabtu (7/11/2020), acara deklarasi dilakukan secara virtual. (Tribunnews.com/Vincentius Jyestha)

Abdullah Hehamahua mengemban tugas sebagai Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi.

Dirinya juga pernah memberikan amanah kepada Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Ahmad Yani menjadi Ketua Umum.

Baca juga: Ahmad Yani Targetkan Partai Masyumi Jadi Peserta Pemilu 2024

Saat di acara tasyakuran milad ke-75 sekaligus deklarasi diaktifkannya kembali Partai Masyumi, Abdullah berujar Pilpres 2019 sarat akan korupsi

Selain korupsi politik, dia menilai, pilpres tahun lalu diwarnai korupsi intletektual dan korupsi material.

"Pilpres yang terakhir, yakni 2019 terjadi political corruption, intelectual corruption dan material korupsi yang luar biasa," ujar Abdullah, dikutip dari Kompas.com.

Pernah Sindir Jokowi

Pernyataan Jokowi soal polemik impor beras. (YouTube Sekretariat Presiden)

Abdullah Hehamahua pernah menyindir Presiden Jokowi, saat masa Pilpres 2019 lalu.

Di mana hal tersebut terkait kejadian banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia.

Pemerintah menyebut bahwa kematian petugas KPPS didasari faktor kelelahan.

Pernyataan pemerintah tersebut pun dianggap tak masuk akal oleh Abdullah, dalam orasi di aksi unjuk rasa di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2019).

Baca juga: 3 Perempuan Terduga Teroris Terkait Bom di Gereja Makassar Ditangkap, Ini Peran Mereka

Diberitakan Tribunnews.com, ia pum membandingkan dengan waktu istirahat Presiden Jokowi, dalam satu hari cuma punya waktu istirahat selama tiga jam saja.

"Jadi kalau alasan pemerintah (petugas KPPS) itu meninggal karena kelelehan, maka Jokowi harusnya juga mati. Karena dia 1 hari cuma 3 jam tidur," kata Abdullah.

Abdullah mengklaim tidak ada satupun dokter yang mengatakan bahwa kelelahan jadi salah saru faktor seseorang meninggal dunia.

Berita terkait Abdullah Hehamahua lainnya. 

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Chaerul Umam/Danang Triatmojo) (Kompas.com/Dian Erika)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini