TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keprihatinan atas berbagai aksi kekerasan dan terorisme di Indonesia maupun di berbagai penjuru dunia menyadarkan bahwa masih rapuhnya perdamaian dan toleransi.
Hal ini mendorong KBRI Vatikan berkontribusi positif melalui webinar, guna mendukung peran aktif kaum muda sebagai aktor penting dalam penyebaran budaya damai, toleransi dan persaudaraan.
Webinar internasional yang akan dilakukan secara virtual ini juga dimaksudkan untuk menyebarluaskan ke dunia internasional mengenai contoh konkret toleransi beragama dan perdamaian di Indonesia yang memiliki kemajemukan budaya dan agama.
"Webinar mengambil tema Youth and Religious Tolerance in Digital Era, akan diselenggarakan pada 16 April 2021, mulai pukul 15.00 WIB atau 10.00 waktu Italia, " ucap Dubes Indonesia Untuk Tahta Suci, L Amrih Jinangkung dalam keterangannya, Kamis (15/4/2021).
Baca juga: Umat Muslim Italia Jalani Ramadan Kedua Dalam Pembatasan Covid-19
Amrih menuturkan webinar akan menghadirkan panelis dari 6 (enam) organisasi keagamaan di Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
Sementara dari Vatikan akan tampil wakil dari Pontifical Council for Inter-religious Dialogue, Rektor Universitas Kepausan Urbaniana, dan Komunitas Sant’Egidio.
"Diskusi akan dipandu oleh wartawan senior The Jakarta Post Kornelius Purba, dan news anchor Kompas TV Nitia Anisa, " ungkapnya.
Amrih melanjutkan kegiatan ini juga diinsiprasi oleh dokumen “Human Fraternity for World Peace and Living Together” yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Dr. Ahmad al-Tayyeb, pada tahun 2019, serta kunjungan Paus ke Iraq bulan Maret lalu.
Langkah konkret para tokoh tersebut kiranya menjadi contoh bagaimana memupuk toleransi antar umat beragama.
Dalam hal ini kaum muda dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi antara lain untuk menyebarkan narasi positif tentang indahnya persaudaraan di tengah perbedaan.
Amrih mengatakan webinar terbuka untuk umum, dan KBRI Vatikan mengundang kaum muda untuk berpartisipasi dalam webinar dengan mendaftarkan diri melalui tautan bit.ly/YouthAndReligiousTolerance.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Ucapkan Selamat Ramadan pada Umat Muslim AS dan Dunia
Lebih lanjut, Amrih juga menyoroti aksi terorisme di Makasar yang telah mencoreng Indonesia.
Dimana selama ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, cinta damai, serta penuh toleransi.
"Sayangnya masih banyak kaum muda yang terlibat dan menjadi pelaku aksi-aksi kekerasan tersebut, bahkan dengan mengorbankan nyawa sendiri, " tegasnya.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menunjukan usia pelaku teror di Indonesia yang masih muda, yaitu 11,8% berusia di bawah 21 tahun dan 47,3% di rentang usia 21-30 tahun.
Banyak aktivitas yang sudah dilakukan berbagai pihak untuk memupuk persaudaraan, meningkatkan toleransi dan menyebarluaskan budaya perdamaian.
Kaum muda juga terlibat dalam berbagai kegiatan tersebut.
Namun nampaknya masih perlu upaya lebih keras lagi untuk memerangi aksi radikalisme dan intoleransi, karena masih ada pihak-pihak yang melakukan eksploitasi atas perbedaan-perbedaan di tengah masyarakat.
Baca juga: Peringatan Kedubes AS, IPW Minta Kabaintelkam Bersihkan Kantong-kantong Terorisme di Indonesia
Di era digital ini, internet, media sosial dan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi bagian dari keseharian hidup kaum muda jaman now.
Internet dan media sosial menjadi sarana penting untuk menyebarkan berbagai sikap positif dalam kehidupan bermasyarakat, dialog antar agama dan budaya, semangat perdamaian serta persatuan.
"Tetapi fakta juga menunjukkan bahwa internet telah dimanfaatkan untuk upaya-upaya negatif, seperti penyebaran faham radikalisme hingga rekrutmen anggota oleh kelompok-kelompok radikal, " imbuhnya.