TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapal selam milik TNI AL, KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan Bali. Kapal selam buatan Jerman itu diduga mengalami black out atau mati listrik total saat melakukan penyelaman statis. Diduga kapal itu masih berada di dasar laut.
Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, dalam kondisi black out itu cadangan oksigen di dalam kapal hanya cukup selama 72 jam.
"Jadi kemampuan oksigen apabila kondisi black out itu mampu 72 jam. Jadi kurang lebih 3 hari," kata Yudo dalam konferensi pers di Lanud Gusti Ngurah Rai Bali, Kamis (22/4/2021).
Diketahui KRI Nanggala-402 hilang kontak sekitar pukul 3.46 dini hari.
Dengan demikian kata Yudo, cadangan oksigen di kapal itu tersedia hingga Sabtu (24/4/2021) dinihari.
"Kalau kemarin hilang kontak jam 3, nanti bisa sampai Sabtu jam 3, sehingga 72 jam," katanya.
Yudo berharap kapal itu bisa ditemukan sebelum itu agar oksigen yang tersedia di dalam kapal tidak keburu habis.
Baca juga: Peneliti LIPI: Terindikasi Kuat Kapal Selam KRI Nanggala-402 Alami Masalah pada Sistem Kelistrikan
"Mudah-mudahan ini dapat segera ditemukan sehingga kondisi oksigen masih ada," ungkapnya.
KRI Nanggala-402 diketahui membawa 53 orang personel yang terdiri dari 49 anak buah kapal, satu orang komandan, dan tiga orang arsenal.
Kapal tersebut hilang kontak dalam latihan penembakan torpedo.
Yudo menjelaskan, KRI Nanggala sempat meminta izin untuk menyelam pada pukul 03.00 WIB.
Setelah penyelaman dilakukan, ada tim sea rider yang mendampingi.
Persiapan peluncuran torpedo pun dilakukan. Namun, saat perlu adanya otorisasi sebelum peluncuran, KRI Nanggala sudah tak menjawab panggilan dari semua unsur atas air yang ikut dalam latihan itu.
Terkait kelaikan kapal, Yudo memastikan kapal selam yang dibuat di Jerman pada 1979 itu dalam kondisi layak dan siap tempur.
Dia mengatakan KRI Nanggala-402 yang diserahkan ke TNI AL pada 1981 itu siap dalam kondisi personel maupun material. Kapal itu juga sudah mendapat surat kelaikan dari Dislaikmatal TNI AL.
Yudo lantas membeberkan kiprah KRI Nanggala-402.
"Kapal ini riwayatnya sudah menembak torpedo kepala latihan 15 kali dan menembak torpedo kepala perang dua kali, dan sasarannya dua kapal eks KRI. Dua-duanya tenggelam. Jadi KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kita libatkan dalam latihan penembakan kepala torpedo maupun kepala perang," kata Yudo.
Sementara itu terkait ditemukannya tumpahan minyak di sekitar lokasi terakhir KRI Nanggala meminta izin menyelam dan akhirnya hilang kontak, Yudo menjelaskan ada beberapa kemungkinan mengapa sampai ada tumpahan minyak di lokasi tersebut.
Pertama, bila kedalaman penyelaman masih di kisaran 50-100 meter lalu terjadi masalah, awak kapal sengaja mengeluarkan semua benda cair yang ada di kapal.
Baca juga: TNI Punya Waktu 72 Jam untuk Temukan Kapal Selam KRI Nanggala-402, Kapasitas Oksigen Bertahan 3 Hari
"Awak kapal mengeluarkan semua benda cair yang ada di kapal, minyak, oli, supaya tetap mengapung, paling tidak meringankan beban sehingga tetap bisa mengapung," kata Yudo.
Kapal selam KRI Nanggala memang didesain dapat menyelam di kedalaman maksimal 250 meter.
Diduga posisi terakhir kapal ada di kedalaman 500-700 meter di palung perairan Bali.
"Kalau di kedalaman 500 meter, kemungkinan tangki retak, lalu black out, air masuk," tambah dia.
Saat ini sejumlah pihak masih melakukan pencarian terhadap KRI Nanggala-402.
Yudo mengatakan, dalam proses pencarian sejauh ini pihaknya sudah menemukan adanya kemagnetan atau daya magnet tinggi di kedalaman kurang lebih 50 sampai 100 meter di Perairan Bali pada Kamis (22/4/2021).
Daya magnet tersebut terdeteksi dari magnetometer di KRI Pulau Rimau.
"Tadi yang baru kita temukan saya dan Panglima TNI ke sana, tadi ada dari Magnetometer KRI Rimau itu ditemukan kemagnetan yang tinggi di dalam suatu titik yang kedalamannya kurang lebih 50 sampai 100 meter melayang," kata Yudo.
Ia berharap daya magnet tersebut bisa segera dideteksi dengan menggunakan multibeam echosounder portable yang dipasang di KRI Rimau.
Selain itu kata Yudo, tim juga masih menunggu kedatangan KRI Rigel. KRI Rigel memiliki segala fasilitas untuk melakukan pencarian bawah air.
Dengan demikian pihaknya dapat melihat benda apa yang memunculkan daya magnet tinggi tersebut dengan lebih detil.
Baca juga: Bamsoet Berharap Kapal Selam Nanggala 402 Bisa Segera Ditemukan
"Harapannya kemagnetan tersebut adalah KRI Nanggala," kata Yudo.
Sebelumnya sempat beredar ada gerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot (sekitar 4,63 km/jam) yang diduga adalah KRI Nanggala.
Namun, kata Yudo, temuan itu ternyata adalah rumpon laut, bukan kapal selam.
Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam.
"Jadi yang kemarin yang ditemukan itu adalah rumpon. Rumpon bawah laut yang kemagnetannya sangat lemah," ujar Yudo.
Yudo menjelaskan, pihaknya belum bisa menyatakan apakah KRI Nanggala-402 tenggelam atau berstatus sub sunk.
"Untuk sub sunk atau kapal tenggelam belum kita pastikan. Karena harus melihat langsung kapalnya, dan sampai sekarang kapal belum ditemukan," kata Yudo.
Sementara itu Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto berharap pencarian KRI Nanggala-402 bisa segera membuahkan hasil.
"Sampai hari ini upaya pencarian masih terus dilakukan oleh TNI AL. Seluruh prajurit di lapangan sedang melakukan pencarian dan pertolongan KRI Nanggala-402. Di lapangan, rencana akan dibantu oleh instansi pemerintah lainnya yaitu Polri, KNKT, BPPT, dan Basarnas. Termasuk bantuan datang dari Singapura, Malaysia, dan Australia," kata Hadi dalam kesempatan yang sama.
"Kita semua berharap upaya pencarian akan membuahkan hasil dan menumbuhkan harapan untuk menyelamatkan seluruh personel KRI Nanggala," tambahnya.(tribun network/git/nal/dod)
Melacak KRI Nanggala-402:
*KRI Nanggala-402 melakukan kontak terakhir pukul 03.46 WIB
*KRI Nanggala-402 hilang kontak saat mengikuti latihan penembakan torpedo sekitar 60-mil atau 95 kilometer Utara Bali.
*TNI mengerahkan sejumlah kapal perang menuju lokasi kejadian. TNI juga meminta bantuan dari negara tetangga mulai dari Australia, Singapura, dan Malaysia.
TIM PENCARI
*400 personel
*KRI Rengat, KRI Rigel (933), KAL Bawean, KRI RA Martadinata, Heli Panter HS 4211, Kapal Basarnas
TEMUAN:
*Tumpahan minyak dan solar di posisi 07 derajat, 49 menit 74 detik, lintang selatan 114 derajat, 50 menit, 78 detik, bujur timur, radius 150 m
*Terdeteksi kemagnetan atau daya magnet tinggi di kedalaman kurang lebih 50 sampai 100 meter
SPESIFIKASI KRI NAGGALA-402
- Buatan Jerman tahun 1979
- Berat 1.395 ton
- Dimensi: 59,5 m X 6,3 m x 5x5 m
- Dipersenjatai 14 buah torpedo 21 inci dalam delapan tabung
- Dilengkapi sonar CSU-3-2 suite
- Ditenagai mesin diesel elektrik 4 diesel dan 1 shaft menghasilkan 4.600 shp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot