"Baru kali ini papa berangkat layar penuh dengan kekhawatiran. Mama hanya bilang; Papa mau kemana toh Paa, kan cuma layar kok kayak mau pergi kemana," jelasnya.
Kini, ia hanya bisa berdoa semaksimal mungkin. Dan berharap bahwa suaminya itu tetap kuat dalam situasi sulit itu hingga tim penyelamat bisa menemukan kapal selam tersebut.
"Maafin mama. Maafin mama ya Pa, mama sekarang bantu doa yang kenceng. Semoga Papa dan kru bisa kembali lagi ke pelukan keluarga dengan sehat dan selamat," harapnya.
"Papa jangan menyerah, jangan pernah. Mama yakin papa kuat, papa bisa kembali lagi sama mama dan A," pungkasnya.
Lettu Laut (P) Imam Adi merupakan perwira Akademi Militer (Akmil) angkatan tahun 2011, dan lulus tahun 2015.
Debut karir anak sulung dari tiga bersaudara itu sebagai perwira Angkatan Laut (TNI-AL), dimulai saat bertugas di KRI Kapitan Pattimura, selama dua tahun.
Sebelum akhirnya berdinas di KRI Nanggala 402 pada tahun 2017.
Bapak satu anak itu, sempat menempuh pendidikan di Korea dan Los Angeles, Amerika Serikat.
Sejak kecil ia telah bercita-cita sebagai perwira TNI-AL.
Demi menggapai keinginannya itu, Imam bahkan rela tak melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Brawijaya, Malang.
Ayahanda Lettu Laut (P) Imam Adi, Edy mengaku, anak pertamanya itu sempat mengirimkan kabar mengenai keberangkatannya berlayar dengan KRI Nanggala 402, pada Senin (19/4/2021) sore.
Tepat, dua hari sebelum sebelum kapal selam berjuluk 'Monster Laut' yang dinaiki anaknya beserta 52 orang lainnya itu, dikabarkan hilang komunikasi (lost contact) di perairan laut sis utara Pulau Bali.
Melalui pesan singkat, ungkap Abah Edy sapaannya, bahwa anaknya itu berpamitan untuk pergi bertugas, sekaligus minta didoakan agar lancar dan selamat selama menjalankan misi di dalam kapal.
"Setiap kali akan pergi tugas, dia (Lettu Imam Adi) selalu memberi kabar, baik itu melalui pesan singkat atau telepon.