News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Epidemiolog Sebut Indonesia Rawan Alami Ledakan Kasus Covid-19 Serupa India

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - India saat ini menghadapi badai infeksi Covid-19. Pernyataan ini telah dikeluarkan oleh Perdana Menteri India Narendra Modi.

Setidaknya terjadi 349.691 kasus harian, rekor dalam empat hari berturut-turut.

Hingga saat ini, India mencatat angka total orang yang terinfeksi Covid-19 adalah 16,96 juta. India menjadi negara terparah kedua di dunia setelah AS.

Di ibu kota New Delhi, satu orang meninggal setiap empat menit akibat virus corona.

Baca juga: Sudah Ada Vaksin, Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir? Ini Prediksi Epidemiolog

Lonjakan kasus infeksi Covid-19 ditambah dengan mutasi virus. Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, mutasi memang telah terdeteksi.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman (Tangkapan Layar YouTube Kompas TV)

Terutama mutasi E484Q dan E484K yang keduanya memiliki karakteristik serupa, yaitu menurunkan efikasi antibodi meski sudah melakukan vaksin.

Mutasi tersebut tadinya terjadi di Afrika serta Brazil, dan kini di India.

Apa yang terjadi di India sangat mungkin terjadi di Indonesia.

Hal ini dikarenakan positivity rate di Indonesia masih belum berada di bawah 10%. Karena itu Indonesia sangat rawan dan alami ledakan kasus infeksi Covid-19.

"Itulah kharakter mutasi yang menjadi faktor perburukan pandemi di Indonesia. Dan ini sangat bisa terjadi di Indonesia. Maka harus melakukan antisipasi sejak dini," katanya saat diwawancarai oleh Tribunnews, Kamis (29/4/2021).

Namun menurutnya antisipasi sejak dini bukan sesuatu yang ringan dalam konteks indonesia. Karena respon Indonesia terhadap pandemi tidak sebaik India. 

"Karena mereka sempat mengalami positivity rate di bawah 5%, sedangkan kita belum. Artinya kita jauh lebih rawan," katanya lagi. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini