TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum lama ini merombak kementerian dengan menggabungkan fungsi riset dan teknologi (ristek) pada Kementerian Ristek (Kemristek) ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Selain itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ditetapkan menjadi lembaga baru yang mandiri tidak lagi melekat dalam sebuah kementerian.
Perubahan ini diharapkan menjadi awal pemajuan bidang pendidikan, terutama riset ilmu pengetahuan. '
Di samping itu, perubahan tersebut juga membuat posisi kedua lembaga menjadi amat penting.
Kemdikbudristek akan memiliki tambahan kewenangan dengan bergabungnya kembali pendidikan tinggi.
Sementara BRIN akan mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan riset dan inovasi, di mana secara bertahap dana riset yang dikelola akan ditambah.
Badan baru ini akan mengoordinasi kegiatan yang selama ini menjadi kewenangan lembaga-lembaga penelitian yang telah lama ada seperti LIPI, BPPT, Lapan juga Batan hingga litbang kementerian/lembaga.
Baca juga: Pra Kongres IV PA-GMNI, Menjawab Tantangan Budaya Butuh Kepribadian Bangsa yang Kokoh
Oleh karena itu, dalam rangka menyambut pelaksanaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) di Bandung tanggal 21-23 Juni 2021 mendatang, Panitia Nasional Kongres IV PA GMNI kembali menyelenggarakan Webinar IV Pra-Kongres pada tanggal 7 Mei 2021 dengan tema “Pendidikan, Riset, dan Teknologi untuk Mewujudkan Keadilan Sosial”.
Empat orang narasumber akan tampil yakni Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, BA, MBA; Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko; Wakil Rektor Bidang Kerjasama UGM dan Ketua DPD PA GMNI DIY Prof. Dr. Paripurna Poerwoko Sugarda serta Ketua Bidang Riset, Teknologi dan Informasi DPP PA GMNI/Institut Sarinah, Dra. Eva Kusuma Sundari, MA, MDE.
Prof. Nanang T. Puspito selaku Koordinator Sub-Pokja Pendidikan, Riset dan Teknologi Kongres IV PA GMNI mengharapkan webinar ini dapat menghasilkan gagasan-gagasan sebagai masukan bagi kebijakan pemerintah mengenai pendidikan karakter berdasarkan Pancasila, kelembagaan dan cetak biru riset di Indonesia.
“Selain itu, serta penguasaan teknologi yang dapat mendukung pengembangan nilai-nilai humanisme, kemandirian ekonomi yang berkeadilan dan memajukan kepentingan nasional,” tambah guru besar Seismologi, Institut Teknologi Bandung itu.
Menurutnya, pendidikan, riset dan teknologi memegang peran kunci dalam pembangunan peradaban suatu bangsa.
Penyelenggaraan ketiga bidang tersebut mesti didasarkan pada Pancasila dan didedikasikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan keadilan sosial.
Nanang yang juga Ketua bidang Ideologi DPP PA GMNI dan Guru Besar ITB mengatakan bahwa seluruh derap langkah penyelenggaraan pendidikan, riset dan penguasaan teknologi harus ditujukan pada upaya mencapai tujuan kemerdekaan.