TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini, fenomena hijrah menjadi sesuatu yang ramai di kalangan pemeluk agama Islam di Indonesia. Bagi umat Muslim, hijrah memang telah menjadi bentuk ekspresi keagamaan di ruang publik.
Pada kalangan pemuda milenial, fenomena hijrah pun kian marak, mulai dari kalangan masyarakat biasa hingga masyarakat kelas atas. Fenomena ini memicu kemunculan banyaknya komunitas dan gerakan yang mengatasnamakan pemuda hijrah.
Pada tahun 2020, tim peneliti Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Agama Jakarta melakukan penelitian terhadap komunitas hijrah generasi milenial di tujuh kota di Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa temuan menarik yang menjadi ciri khas utama dalam pendidikan keagamaan pada Komunitas Hijrah Generasi Milenial di Indonesia.
Masa lalu yang kurang baik jadi pendorong utama hijrah
Dorongan masa lalu yang kurang baik dan membuat gelisah serta dorongan masa depan untuk jadi lebih baik merupakan motif umum pemuda untuk mengambil jalan hijrah.
Dengan mendalami pemahaman terhadap agama, para generasi millenial berniat menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik serta berharap dapat memperbaiki kehidupan di masa depan, tidak hanya dalam hal agama, namun juga ekonomi dan sosial.
Dengan meninggalkan hal-hal yang tidak baik dan bertentangan dengan agama, para pemuda hijrah diharapkan dapat menjadi sosok yang bermanfaat bagi dirinya serta bagi orang-orang sekitar.
Dakwah melalui media sosial
Bentuk dakwah pemuda hijrah relatif berbeda dengan dakwah umumnya. Mereka memberdayakan sarana informasi dan teknologi dalam berdakwah, sehingga bentuk dakwah tak hanya bersifat offline seperti kajian rutin, melainkan juga secara online melalui beberapa media sosial, seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan YouTube.
Model dakwah ini tidak hanya hemat biaya, namun dapat dengan mudah menjangkau generasi milenial Indonesia yang mayoritas merupakan pengguna media sosial.
Materi dakwah dikemas menarik
Materi dakwah para pemuda hijrah bersumber Al-Quran dan Hadis yang dikemas dengan tema unik, menarik serta relevan dengan kehidupan sehari-hari, contohnya: ‘Hijrah Cinta, Mencari Cinta Hakiki, Meraih Ridha Ilahi’, Parenting Islami, ‘Mapan Dulu? Atau Nikah Dulu?’, Dilema Anak Zaman Sekarang “Dilan”, Asyiknya ke Masjid, Bahagialah Wahai Para Wanita Perindu Surga, Babul Firasy (Indahnya Malam Pertama).
Materi-materi dakwah tersebut disampaikan oleh berbagai figur yang dapat menginspirasi pemuda milenial, mulai dari aktivis pergerakan Islam, para ustaz dari organisasi kemasyarakatan Islam, lembaga keagamaan seperti Darul Arqam, LIPIA, INSIS, beberapa dosen perguruan tinggi Islam, hingga public figure.
Masih ada tantangan
Model dakwah komunitas hijrah generasi milenial sangatlah terbuka bagi berbagai pemuda Muslim, tanpa memandang latar belakang kehidupan yang berbeda.
Tak hanya itu, model pendidikan keagamaan yang modern dan terbuka ini dapat mengangkat citra Islam Indonesia, baik secara nasional maupun internasional.
Akan tetapi, model dakwah ini juga masih memiliki aneka tantangan tersendiri, terutama dengan adanya aksi serta narasi kebencian di kalangan pemuda, persoalan radikalisme dikarenakan pemahaman yang salah mengenai nilai Islam, kurangnya sumber daya manusia yang bersedia berbagi ilmu, serta permasalahan biaya untuk menunjang kegiatan operasional dakwah milenial.
Dengan adanya tantangan tersebut, Tim Peneliti Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balai Litbang Agama Jakarta merekomendasikan beberapa hal di bawah ini:
Pertama, Kementerian Agama dan Pemerintah Daerah dapat memberikan apresiasi terhadap keberadaan komunitas hijrah generasi milenial. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan mereka dalam aktivitas kepemudaan serta memberikan bimbingan bersama organisasi dan lembaga terkait untuk menghindarkan para pemuda hijrah dari pengaruh-pengaruh negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam
Kedua, Pemerintah Daerah agar melakukan pendampingan pemberdayaan ekonomi untuk mendidik jiwa kemandirian ekonomi para anggota komunitas pemuda hijrah.
Ketiga, Kementerian Agama dapat menjalin komunikasi dengan lembaga-lembaga terkait, seperti dinsos, ormas keagamaan, hingga Polres untuk mulai menyusun program-program pembinaan terhadap komunitas hijrah.
Keempat, Kementerian Agama bersama Ormas Keagamaan dapat memberikan bimbingan kepada komunitas hijrah generasi milenial agar tidak terjerat pada ideologi yang bertentangan dengan Islam yang rahmatan lil’alamiin.
Kelima, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta dapat menyusun kurikulum kajian keagamaan bagi komunitas hijrah generasi milenial. Hal ini dimaksudkan agar ketercapaiannya terukur dan tepat sasaran.
Keenam, yang tak kalah penting, setiap komunitas hijrah generasi milenial disarankan menjaga kemurnian niatan dakwah dengan menjaganya dari pengaruh kepentingan politik praktis.