Di antaranya bermakna hari kemerdekaan Indonesia dan Pancasila.
"Dudukan (monumen) itu yang paling bawah itu segi lima, kemudian yang atasnya lagi dudukannya itu segi empat, dudukan yang ketiga itu segi delapan, dengan maksud itu 8 Agustus," kata Dunadi.
"Kalau itu dijumlah, empat, lima, dan delapan, itu jadi 17. Jadi 5 bawah landasan, itu bermakna Pancasila. Beliau proklamator juga ber-Pancasila, pencetus juga. Kemudian 5, 4, 8, dijumlah 17. 17 harinya, 8 bulannya, 45 tahunnya," sambungnya.
Berikut wawancara khusus Tribun Network bersama Dunadi:
Bagaimana awal mula ketertarikan menggeluti seni patung?
Sejak SD saya sering ikut lomba melukis. Waktu itu dapat pemenang pertama melukis se-Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di SMP juga demikian. Saya masuk SMA diarahkan ke seni patung.
Berbicara masalah bentuk, dimensi, volume, dan lain-lain. Memang di patung itu tidak ada daya tariknya karena berbicara volume, kalau di lukis bicara masalah warna. Kalau patung banyak tantangan.
Di situ lah ketertarikan saya.
Ternyata di patung kan' tidak hanya bikin orang saja, tapi bisa binatang, mengolah suatu bentuk. Yang lebih asik lagi, dasar itu memang realis.
Saya tertariknya belajar anatomi, ekspresi, gerak-gerak dinamis, di situ banyak tantangan. Di situlah daya tarik yang saya tekuni.
Di dunia patung memang tidak seperti di dunia lukis. Tahun 1982 saya perdalam di Akademi Seni Rupa Jogja. Saya masuk ke akademi 1982.
Saya berlanjut ke Akademi Seni Patung. Sekarang di ISI Yogyakarta. Di situ saya memperdalam dunia patung.
Ternyata tantangannya banyak, kemudian persaingannya tidak banyak. Karena jarang ya waktu itu. Waktu itu yang saya kagumi Pak Edhi Sunarso, Pak Saptoto.
Baca juga: Cerita Dunadi, Seniman Pembuat 15 Monumen Bung Karno
Di situ saya sudah terkecimpung di dunia seni patung. Saya mengikuti proyek-proyek.