Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto mengatakan sumber daya manusia (SDM) lulusan vokasi yang harus sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Wikan mengatakan lulusan peserta didik vokasi juga disiapkan menjadi siap untuk bekerja, melanjutkan pendidikan, dan wirausaha.
"Jadi lulusan SMK itu menjadi tukang adalah salah kaprah, melainkan turut menjadi ahli di bidangnya," ujar Wikan melalui keterangan tertulis, Sabtu (22/5/2021).
Wikan menekankan, selain ijazah, lulusan pendidikan vokasi juga dibekali dengan sertifikasi kompetensi dan bahasa Inggris.
“Saya kompeten adalah ‘aku bisa ini, bukan aku sudah belajar ini’. Selain hard skills, kompeten juga mencakup soft skills dan karakter,” tutur Wikan.
Adapun menyoal proses pembelajaran sendiri, Wikan melanjutkan, tentu tidak terlepas dari program 'link and match' yang memuat paket 8+i yang tidak hanya sekadar MoU.
Program yang didorong tersebut mencakup penyelarasan kurikulum satuan pendidikan vokasi dengan industri, pengembangan soft skills dengan project base learning, dan guru tamu dari industri mengajar di satuan pendidikan vokasi (minimal 50 jam per semester per prodi).
Lalu magang minimal satu semester, penerbitan sertifikasi kompetensi, pendidikan dan pelatihan pengajar pendidikan vokasi di industri, riset terapan yang menghasilkan produk untuk masyarakat, serta komitmen serapan lulusan oleh dunia usaha dan industri (DUDI).
"Sedangkan plus i merupakan bantuan, beasiswa maupun ikatan dinas yang diberikan oleh DUDI,” ucap Wikan.
Wikan mengharapkan agar perguruan tinggi vokasi dapat menjadi pendamping SMK guna memberikan rekomendasi dan masukan terkait peningkatan kualitas sekolah.
"Ke depan, apabila ‘kakak-adik’ ini bersatu, nantinya bisa dikembangkan SMK D2 fast track," pungkas Wikan.