Pada 3 April 2021 badai siklon Seroja melanda 21 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi (BMKG), kecepatan badai siklon Seroja ini mencapai 75 km/jam.
Badai ini memicu terjadinya banjir bandang, tanah longsor, serta angin kencang yang menyebabkan rusaknya berbagai sarana dan parasarana.
Selain kerugian material, badai ini juga berdampak pada kondisi terumbu karang di wilayah ini, sehingga dapat merusak fungsi ekologis dan mengancam fungsi ekonomi yang akan merugikan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan petani rumput laut.
Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman mengatakan tindak lanjut dari survei ini akan dilakukan analisis data untuk mendukung kajian lebih rinci dampak badai Seroja terhadap ekosistem terumbu karang.
"Sebagai negara kepulauan dengan ancaman bencana yang tinggi, kajian ini sangat dibutuhkan dalam merancang langkah-langkah penanganan ekosistem terumbu karang pasca bencana secara nasional,” ujar Ilman.