Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Ganip Warsito meninjau zona merah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada Rabu, (2/6/2021).
Untuk diketahui Kudus mengalami lonjakan kasus Covid-19.
Kasus Corona di Kota Kretek itu sempat melonjak 5 kali lipat hingga mencapai 783 kasus pada 26 Mei lalu. Bahkan rumah sakit darurat difungsikan untuk menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah.
Baca juga: Klaster Tahlilan di Semper Barat Cilincing, 22 Warga Positif Covid-19, Ada Anak-anak dan Balita
Ganip mengaku meninjau zona merah untuk melihat kondisi langsung di lapangan.
Selama ini ia telah mendengar berbagai laporan mengenai lonjakan kasus di Kudus namun belum terjun langsung.
“Untuk melihat secara langsung apakah apa yang disampaikan dalam berita itu sesuai dengan nyatanya atau tidak,” kata Ganip dikutip dari siaran pers BNPB, Kamis, (3/6/2021).
Baca juga: Trend Baru Covid-19, Ada Klaster ART di Tangsel, Begini Nasib Mereka
Setelah melihat kondisi di lapangan, pihaknya kata Ganip akan menyusun langkah penanganan lonjakan kasus di Kudus dengan melibatkan pemerintah daerah.
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Kudus telah terprediksi. Usai libur panjang, sejumlah wilayah di Jateng akan mengalami kenaikan kasus Covid-19.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini mencatat setidaknya ada delapan Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan kasus secara signifikan meliputi Sragen, Tegal, Brebes, Banyumas, Cilacap, Karanganyar, Wonogiri dan Kudus.
“Ini terprediksi sebenarnya. Setiap kali ada libur panjang pasti ada kenaikan (kasus),” kata Ganjar.
Mengintip dari catatan tahun lalu, apa yang terjadi di Jawa Tengah persis seperti yang terjadi pada 2020 bahwa peningkatan kasus aktif pascalibur panjang nasional juga menyebabkan naiknya Bed Occupancy Rate (BOR) hingga mencapai 90 persen.
Kendati telah dilakukan konsultasi dan koordinasi secara rutin terkait adanya potensi kenaikan kasus dari liburan panjang, namun Ganjar mengakui bahwa hal itu tidak semua diantisipasi dengan baik oleh sejumlah Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah sehingga terjadi kenaikan kasus seperti yang terjadi di Kudus.
Baca juga: Kasus Aktif Klaster Halalbihalal di Cilangkap Masih 90 Orang, Mikro Lockdown Diperpanjang
Selain kurangnya antisipasi, Ganjar juga melaporkan bahwa kenaikan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus juga terjadi karena prediksi-prediksi seperti fenomena tahun lalu yang tidak dicermati dengan baik sehingga menimbulkan kepanikan.
“Kaget gitu ya. Dia tidak prediksi, dia tidak antisipasi, lalu berikutnya panik,” jelas Ganjar.
Kepada Ketua Satgas Letjen TNI Ganip Warsito, Gubernur Ganjar melapor bahwa pihaknya telah berulangkali meminta agar Pemerintah Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan angka kasus dapat segera mengambil langkah konsolidasi dan menghindari pemahaman seolah-olah dapat melakukan penanganan sendiri.
Sebab, penanganan Covid-19 tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja melainkan harus melibatkan berbagai komponen.
Untuk urusan yang satu ini, bahkan Ganjar berkelakar bahwa dirinya sudah seperti Guru Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling (BP/BK) yang tugasnya memperingatkan atau membimbing siswa nakal atau kurang patuh terhadap peraturan di sekolah.
"Jadi ini saya sudah seperti guru BP/BK. Ada anak-anak nakal, kumpul lalu njeweri siji-siji (menjewer satu-satu),” pungkas Ganjar.