Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paulus Pain Liwun, Guru Bahasa Inggris SMP Santa Maria Fatima, Jakarta, dengan senang hati menyambut keinginan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menggelar kembali pembelajaran tatap muka (PTM).
Menurut Paulus, panggilan akrabnya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama ini kurang efektif, terutama dalam membentuk kepribadian para peserta didik.
"Saya menerima dengan senang hati diselenggarakannya pembelajaran tatap muka. Pembelajaran secara virtual yang dilakukan selama ini, saya rasa kurang untuk menggapai anak mencapai tahap prestasi belajar yang maksimal," tutur Paulus kepada Tribunnews.com, Senin (7/6/2021).
"Maksimal dalam arti ada nilai pengetahuan dan ada nilai kepribadian dari karakter anak," sambung dia.
Baca juga: Kepala Daerah Diminta Memastikan Guru Sudah Divaksin Covid-19 Sebelum Sekolah Tatap Muka Dimulai
Paulus mengungkapkan, pembelajaran secara virtual memiliki sejumlah kendala yang menurutnya belum bisa diatasi.
Seperti komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik yang tidak maksimal.
Kemudian gairah belajar peserta didik yang terkadang lebih kecil dibandingkan saat pembelajaran tatap muka.
Juga jaringan internet yang kadang tidak stabil, mengakibatkan kegiatan belajar mengajar jadi tidak efektif dan efisien.
"Kadang-kadang koneksi tidak stabil, alhasil pembelajaran jadi tidak maksimal. Kendala utama PJJ masih di jaringan internet," tutur Paulus.
Kendala lain yang dihadapi para guru SMP Santa Maria Fatima yakni tiadanya media belajar virtual yang mampu memaksa anak untuk bisa lebih interaktif.
Paulus menceritakan, ada begitu banyak muridnya yang terkadang enggan membuka layar video kameranya saat pembelajaran virtual berlangsung.
"Lalu aplikasi yang belum bisa memaksa untuk terjadinya komunikasi yang baik. Maksudnya saat guru menyalakan video, anak-anak juga menyalakan video kameranya," ujar Paulus.
Selama ini para guru SMP Santa Maria Fatima telah berusaha meningkatkan gairah belajar para peserta didik.
Semisal dengan mengkombinasikan dua mata pelajaran, menggunakan media-media belajar yang inovatif, kreatif, dan menarik bagi peserta didik.
Namun tetap saja ada sebagian murid yang masih sulit untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik yang dilakukan secara virtual.
"Jadi seperti tadi, kita hubungi anaknya tapi anaknya tidak bisa dihubungi sebelum pembelajaran dimulai. Dan akhirnya kita hubungi orang tuanya, dan tidak tahu kenapa yang ada di dalam kelas (virtual) justru akun dari orang tua si anak," ujar Paulus.
"Entah ini anaknya sama orang tuanya, atau orang tuanya yang menggantikan peran anaknya. Kurang tahu juga," sambung dia.
Atas dasar itu, Paulus mengaku sangat mendukung bila Nadiem Makarim menggelar kembali pembelajaran tatap muka di sekolah.
Pembelajaran tatap muka, lanjut Paulus, lebih bisa membantu guru dalam memonitoring para peserta didik.
"Jadi misal dibuka tatap muka, saya sangat senang karena bisa kembali lagi 100 persen memonitor anak dalam pembelajaran. Apalagi pembelajaran di kelas. Secara kepribadian, pengetahuan, bisa dijangkau semuanya," ujar Paulus.