News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Terumbu Karang Diprediksi Terancam Punah Tahun 2043, Restorasi Dilakukan untuk Mencegahnya

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyelam dari Clean Action (DCA) melakukan restorasi terumbu karang di kawasan perairan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (22/5/2021). Yayasan KEHATI sejak tahun 2017 bersama Divers Clean Action (DCA) melalui Program Save Ocean and Small Islands (SOSIS) mencoba menjadi solusi dari berbagai permasalahan lingkungan, antara lain melalui kegiatan penanaman mangrove, restorasi terumbu karang, pengelolaan sampah plastik, dan pembuatan Toko Cura (isi ulang produk kebersihan untuk rumah tangga). TRIBUNNEWS.COM/HO

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laut mempunyai potensi yang sangat besar bagi manusia. Terutama bagi mereka yang tinggal di pesisir pantai.

Tidak hanya sebagai sumber makanan, laut juga dapat menjadi sumber mata pencaharian. 

Namun, pasokan sumber daya yang berasal dari laut kian menipis disebabkan adanya kerusakan terumbu karang.

Padahal terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi para makhluk hidup termasuk ikan. 

Kini keberadaannya terancam oleh ekploitasi yang berlebih, praktik penangkapan ikan yang merusak, polusi dan perubahan iklim. 

Menurut data dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), ilmuwan memperkirakan jika tidak ada tindakan melindungi laut, maka 90% populasi terumbu karang tropis di dunia akan lenyap pada 2043. 

Pada kenyataannya, hampir 500 juta orang menggantungkan hidupnya pada terumbu karang sebagai sumber makanan, pendapatan dan perlindungan pesisir. Karenanya, SHEBA dari MARS membuat program Hope Reef. 

Baca juga: Badai Siklon Seroja Sebabkan Kerusakan Terumbu Karang di TN Perairan Laut Sawu

Hope Reef merupakan program gerakan restorasi terumbu karang dalam skala besar yang relevan secara ekologis. 

Untuk mengawali program ini, Hope Reef telah berdiri di gugusan Salisi' Besar dekat Pulau Bontosua, Sulawesi.

Setidaknya, tutupan karang di sekitar perairan pulau Bontosua telah berangsur membaik dari 5% menjadi 55%

Program ini menggunakan struktur Reef Star buatan tangan yang kemudian dirangkai di bawah air dan membentuk bagian inti dari Mars Assisted Reef Restoration System (MARRS). 

Uniknya, program ini tidak hanya menggaet bantuan pemerintah, universitas, bisnis dan LSM saja. Tapi juga menarik dukungan terbesar dari masyarakat setempat. Bahkan media hang digunakan yaitu Reef Star dibuat menggunakan bahan lokal. 

Pihak MARS, diungkapkan oleh Marine Program Manager, Mars Sustainable Solutions, Saipul Rapi sebelumnya melakukan pendekatan bersama masyarakat setempat. Di antaranya seperti ikut terlibat pada kegiatan sosial. 

Selain itu juga mendukung kegiatan sekolah yang bertujuan untuk mengenal pentingnya terumbu karang, serta mendukung wanita setempat untuk memulai usaha serta memfasilitasi penjualan produknya di Makasar.

"Fokus kegiatan penunjang ini adalah untuk menyediakan mata pencahariaan yang berkelanjutan, mendorong perubahan perilaku masyarakat setempat dan meningkatkan kesadaran,"ungkap Country Director, Mars Pet Nutrition Indonesia, Dr Susan Wan, dalam konferensi pers, Selasa (8/6/2021).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini