Saidiman mengatakan tahu saja tidak cukup.
Tahu kalau tidak suka, lanjut dia, tidak akan berujung pada memilih.
Oleh karena itu “suka” adalah indikasi lebih mendalam untuk menjelaskan mengapa orang memilih seorang calon.
Baca juga: Soal Survei SMRC, Politikus PDIP: Prabowo Harus Cari Cawapres yang Bisa Dongkrak Elektabilitasnya
Hal tersebut disampaikannya dalam rilis survei bertajuk Partai Politik dan Calon Presiden: Sikap Pemilih Pasca Dua Tahun Pemilu 2019 pada Minggu (13/6/2021).
"Pak Prabowo dikenal oleh hampir semua pemilih yakni 98% tapi kurang diikuti sikap suka pemilih. Hanya disukai 78%. Anies juga sudah dikenal luas oleh pemilih yaitu 83% tapi yang suka terhadap Anies lebih rendah daripada yang tahu yakni 75%," kata Saidiman.
Selain itu, kata dia, di antara nama-nama yang beredar dan disebut-sebut sebagai bakal calon presiden, yang paling disukai adalah sejumlah nama dengan tingkat kedisukaan yang tidak berbeda signifikan yaitu Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Ganjar Pranowo, dan Tri Rismaharini.
Baca juga: Survei Parameter Politik: Prabowo Kandidat Capres 2024 Dengan 22,3 Persen, Ganjar dan Anies Menyusul
Seperti Anies, kata dia, Sandiaga Uno juga sudah dikenal luas pemilih yakni 83% dan cenderung disukai oleh pemilih yang mengetahuinya yaitu 85%.
Sebaliknya, kata dia, sejumlah nama tingkat kedikenalannya jauh lebih rendah tapi kedisukaannya jauh lebih tinggi yaitu Khofifah, di mana yang tahu 48% tapi yang suka dari yang tahu 81%.
Sedangkam Tri Rismaharini yang tahu baru 54%, dan yang suka dari yang tahu 84%.
Ganjar Pranowo, kata dia, yang tahu baru 57% dan yang suka dari yang tahu 84%.
Sedangkan Ridwan Kamil yang tahu 65% dan yang suka 85% dari yang tahu.
"Karena untuk dipilih, seorang yang dikenal harus disukai maka untuk sementara yang paling kompetitif untuk dikampanyekan adalah Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Khofifah," kata dia.
Baca juga: Survei Parameter Politik: Prabowo Kandidat Capres 2024 Dengan 22,3 Persen, Ganjar dan Anies Menyusul
Kenaikan kedikenalan mereka, kata dia, potensial menaikan elektabilitas mereka juga karena punya resistensi (tidak suka) yang lebih kecil dibanding nama-nama lain.
Nama-nama tersebut, kata Saidiman, kalau disosialisasakan secara intensif kemungkinan akan mendapat elektabilitas lebih baik dari pada nama-nama lain.