News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Ledakan Kasus Covid-19 di Indonesia, dalam Sehari Ada 12.624 Kasus Baru, Tersebar di 33 Provinsi

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sempat mengalami penurunan, kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Peningkatan terjadi setelah Lebaran 2021. 

Hari Kamis (17/6/2021), tambahan kasus baru Covid-19 bahkan menjadi yang tertinggi sejak Februari 2021 lalu.

Berdasakan data di laman Covid-19.go.id, dilaporkan terdapat tambahan kasus baru sebanyak 12.624 pasien. 

Tambahan kasus baru ini menjadikan total kasus baru mendekati angka 2 juta yakni 1.950.276 kasus.

Sementara itu, angka kematian juga meningkat.

Hari ini, terdapat tambahan 277 kasus kematian akibat Covid-19.

Baca juga: Covid-19 pada Anak di Jakarta Mengalami Peningkatan, Hari Ini 144 Anak Balita Positif Corona

Sehingga, total kematian akibat Covid-19 kini menjadi 53.753 orang.

Hal yang menggembirakan, kasus sembuh naik dari sebelumnya 1.763.870 pasien menjadi 1.771.220 orang.

Dengan demikian, terdapat tambahan 7.350 pasien Covid-19 yang sembuh.

DKI Jakarta

Kasus Covid-19 di Jakarta meningkat tajam per 17 Juni 2021. Kasus tembus 4.144 kasus positif sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meminta warga terus waspada.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, Kamis (17/6/2021), melalui keterangan resmi, menjelaskan, pada 17 Juni dilakukan tes PCR kepada 16.499 orang. Hasilnya, 4.144 kasus positif dan 12.355 kasus negatif.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 661 (16 persen) dari 4,144 tambahan kasus positif hari ini ternyata anak usia 0-18 tahun.

Bahkan 144 di antaranya adalah balita.

Atas dasar data tersebut, Dinas Kesehatan DKI meminta masyarakat tidak berpergian keluar rumah sambil mengajak anak - anak.

"Untuk itu, kami mengingatkan warga untuk menghindari keluar rumah membawa anak-anak," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia dalam keterangannya, Kamis (17/6/2021).

Selain itu berdasarkan catatan data periode 21 Mei-17 Juni 2021, terdapat penularan Covid-19 dari klaster mudik sebanyak 1.172 klaster dengan total 2.358 kasus positif.

Sementara klaster perkantoran juga mengalami kenaikan cukup tinggi dalam satu pekan terakhir, dari semula 64 kasus kini menjadi 227 kasus positif.

Pemprov DKI mengimbau masyarakat mengurangi kegiatan dan hanya keluar rumah jika memang benar-benar penting.

"Kami juga menyarankan warga mengurangi mobilitas, keluar rumah jika benar-benar penting, untuk sama-sama mencegah kenaikan kasus ke depannya," kata Dwi.

Adapun distribusi temuan 4.144 kasus positif hari ini, tersebar di Kepulauan Seribu 5 kasus, Jakarta Barat 824 kasus, Jakarta Pusat 490 kasus, Jakarta Selatan 932 kasus, Jakarta Timur 1.370 kasus, dan Jakarta Utara 523 kasus.

Kecamatan dengan jumlah kasus terbanyak, antara lain Cengkareng 205 kasus, Duren Sawit 189 kasus, Cipayung 177 kasus, dan Jagakarsa 172 kasus.

Jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 458.815 kasus.

Dari jumlah total kasus positif, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 428.487, dan total 7.717 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,7 persen, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 2,8 persen.

”Apabila dalam beberapa hari ini angka kasus positif berada pada 1.000-2.000 kasus dalam sehari, pada Kamis ini kasus melonjak menjadi 4.144 kasus positif,” kata Dwi Oktavia.

Bogor

Kota Bogor, Jawa Barat, tak luput dari penambahan kasus Covid-19.

Akibat hal tersebut,  jumlah pasien Covid-19 terus bertambah.

Keterisian tempat tidur pasien Covid-19 RSUD Kota Bogor mencapai 75 persen.

Pasien Covid-19 diprediksi terus bertambah.

Kota Bogor mengalami lonjakan kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir.

Untuk itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Bima Arya meminta seluruh rumah sakit menambah fasilitas ruang isolasi atau ICU dan kembali melakukan pembatasan mobilitas warga serta menghentikan simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

“Data menunjukan bahwa Kota Bogor harus siaga menanggapi data tren Covid-19 yang sangat serius. Terjadi lonjakan tingkat positif yang berdampak pada ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. Awalnya BOR di Kota Bogor dibawah 20 persen. Bahkan per hari ini angkanya 51 persen,” katanya saat konferensi pers di RSUD Kota Bogor, Rabu (16/6/2021).

Pasien terus bertambah

Sementara kata Wali Kota Bogor, angka BOR di RSUD Kota Bogor sudah sekitar 75 persen dan pasien terus bertambah.

“Tadi malam cukup padat arus pasien masuk ke RSUD, sehingga RSUD harus menambah hingga 138 bed, tetapi belum pernah RSUD menerima lonjakan pasien Covid-19 begitu tinggi dalam waktu bersamaan seperti ini,” jelasnya.

Menurut dia, Kota Bogor harus melakukan langkah-langkah cepat dan antisipasi terhadap varian baru Covid-19 yang sudah masuk ke Jakarta.

“Kota Bogor harus melakukan langkah cepat, karena konektivitas Jakarta dengan Bogor sangat erat,” katanya.

Pihaknya meminta agar seluruh rumah sakit menambah fasilitas ruang isolasi atau ICU untuk mengantisipasi lonjakan kasus.

Selain itu, Bima Arya meminta kepada warga Kota Bogor agar mengurangi mobilitas. Jika tidak ada kepentingan yang penting kecuali terkait dengan tugas atau pekerjaan, maka sebaiknya menahan diri keluar rumah.

“Karena data menunjukan bahwa mobilitas ini sangat berbanding lurus dengan lonjakan kasus positif,” tegasnya.

Untuk akhir pekan, ia juga meminta kepada warga Kota Bogor untuk tidak berwisata dan warga diluar Kota Bogor agar menahan diri.

Khusus untuk pendidikan tatap muka sementara dihentikan simulasinya sampai dengan waktu yang ditentukan kemudian. Hal ini mengantisipasi beberapa klaster yang timbul dari lembaga pendidikan.

“Laporan terakhir di Pesantren Madani sudah ada 93 kasus, hari ini bertambah 18 kasus lagi,” sebutnya.

Bima Arya juga kembali mewanti-wanti agar seluruh lembaga pendidikan yang akan menyelenggarakan tatap muka atau siswa-siswinya berasal dari luar kota agar tidak menggelar pembelajaran tatap muka.

“Apabila ada gejala segera koordinasi dengan Satgas Covid-19 Kota Bogor,” tuturnya.

Penyebab utama lonjakan

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menjelaskan penyebab utama kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa hari terakhir.

Ia mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia melonjak karena mobilitas masyarakat saat libur panjang Idul Fitri 2021.

Analisis itu berdasarkan kejadian pada libur panjang 2020 lalu.

"Peningkatan penularan yang terjadi saat ini kaitannya dengan mobilitas dan kerumunan terkait dengan liburan panjang yaitu liburan Idul Fitri," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (17/6/2021), dikutip dari YouTube Kompas TV.

"Karena polanya sama dengan kejadian-kejadian seperti tahun lalu pada saat libur panjang," jelas Wiku.

Ia menyebut, kasus Covid-19 di Indonesia sejak awal Februari 2021 terus menurun.

Namun, jumlah kasus baru di Indonesia mengalami kenaikan setelah libur panjang lebaran 2021.

"Mulai awal Februari 2021, kasus di Indonesia terus menurun."

"Setelah ada libur panjang Idul Fitri, jadi naik sesuai dengan kalkulasi yang ada," jelasnya.

Wiku berujar, belum diketahui apakah Covid-19 varian Delta merupakan penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Namun, Satgas menilai libur panjang Idul Fitri menjadi penyebab kenaikan kasus Covid-19.

"Pada saat penularan tinggi dan juga dilakukan Whole Genome Sequencing, ketemu dengan varian-varian virus tertentu seperti dari India, itu membuktikan bahwa virus-virus varian tertentu sudah bersirkulasi di Indonesia," kata dia.

"Namun, untuk mengetahui apakah penyebabnya peningkatan kasus itu karena varian atau karena peningkatan kasus terkait dengan libur panjang, yang jelas kita bisa melihatnya dari libur panjang."

"Perlu penelitian lebih jauh yang menghubungkan Whole Genome Sequencing dari varian-varian tertentu dengan peningkatan kasus itu," beber Wiku.

Sebelumnya, Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, lonjakan kasus yang terjadi saat ini akibat pergerakan masyarakat yang terus meningkat sejak awal Ramadan hingga puncaknya setelah Idul Fitri.

“Diperkirakan jumlah orang yang berpindah dari satu kota ke kota lainnya selama arus mudik ataupun arus balik mencapai 5 hingga 6 juta orang."

"Kondisi ini yang menjadi penyebab lonjakan kasus ditambah kendornya protokol kesehatan di masyarakat."

"Sehingga, laju penularan virus di masyarakat penyebab semakin meningkat,” ujarnya, dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, Senin (14/6/2021).

Nadia lalu mengimbau agar masyarakat tidak jenuh untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan.

“Kami sangat berharap masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak) mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan," imbaunya.

Saatnya tarik rem darurat

Ketua Perwakilan Ombudsman Jakarta Raya, Teguh Nugroho mengatakan, sudah saatnya Pemprov DKI Jakarta kembali menarik rem darurat dalam penanganan Covid-19.

Kebijakan menarik kembali rem darurat diperlukan karena kasus Covid-19 di Jakarta mengalami lonjakan. Hari ini ada 4.144 kasus baru.

"Saatnya tarik rem darurat," kata Teguh saat dihubungi melalui pesan singkat, Kamis (17/6/2021).

Teguh mengatakan, seluruh kegiatan di bidang nonesensial harus mengikuti panduan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 13 Tahun 2021.

Dalam instruksi itu disebutkan jika suatu wilayah berstatus zona merah, semua kegiatan termasuk tempat bermain dan tempat umum lainnya ditutup.

"Menutup tempat bermain anak dan tempat umum lainnya secara proporsional sesuai dengan dinamika perkembangan penyebaran Covid-19, namun hal ini dikecualikan bagi sektor esensial," bunyi Inmendagri 13 Tahun 2021.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini