TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Amri M Ali, menanggapi munculnya sejumlah tokoh yang mengatasnamakan diri sebagai Eksponen Fusi PPP 1973 menjelang Muktamar ke-X di Bali.
Amri mengatakan, isu fusi tidak lagi relevan dalam strategi politik PPP saat ini.
Prioritas utama PPP adalah menempatkan kader yang memiliki loyalitas, integritas, dan kemampuan untuk mengisi posisi strategis, bukan berdasarkan sejarah fusi partai.
"Apalagi dalam persaingan politik nasional saat ini. Sistem Pemilu telah bergeser dan pemilih berubah, sehingga Fusi tidak menjadi pilihan utama untuk menjadi pertimbangan. Kenyataannya, Fusi sama sekali tidak menjadi alasan rakyat memilih Parpol saat Pemilu," kata Amri pada Senin (6/1/2025).
Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah langkah pembenahan partai secara cepat dan konkret agar PPP tidak ditinggalkan umat.
"Kita berharap seluruh kader meninggalkan nostalgia masa lalu dengan turut berbenah. Sikap kader partai yang solid, idealis, responsif, serta mampu menjadi problem solving bagi permasalahan bangsa dan umat menjadi pilar utama yang harus diperankan oleh partai," ujar Amri.
Baca juga: Parpol dalam Ancaman Capres Independen
Amri juga menyoroti konflik internal yang muncul akibat tuntutan Eksponen Fusi untuk revitalisasi pengurus partai.
Menurutnya, langkah tersebut justru dapat memperkeruh kondisi partai.
"Yakinlah bahwa konflik, friksi, dan pertikaian tidak akan pernah menjadi jalan keluar untuk PPP kembali jaya dan besar. Tetapi muhasabah, evaluasi, tabayyun, dan membangun kekompakan yang solid dapat menjadi modal bagi sebuah perjuangan," tegasnya.
Sebelumnya, Eksponen Fusi PPP 1973 menolak kepemimpinan Muhamad Mardiono sebagai Plt Ketua Umum PPP dan menuntut perubahan struktur kepengurusan partai.