TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, 21 Juni merupakan tanggal meninggalnya Presiden pertama RI, Soekarno.
51 tahun lalu atau tepatnya 21 Juni 1970, Soekarno meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Dikutip dari TribunJatim yang mengutip buku Soekarno Poenja Tjerita, Soekarno dilarikan ke RSPAD Gatot Soebaroto dari tempat pengasingannya, Wisma Yaso, pada 16 Juni 1970.
Soekarno dibawa ke RSPAD karena kondisinya yang menurun.
Praklamator Kemeredekaan itu ditempatkan di sebuah kamar yang berpenjagaan berlapis di lorong rumah sakit.
Baca juga: Guntur Soekarnoputra Soroti Riuh Capres 2024: Mereka Pikir Jadi Presiden Itu Nyaman ?
Pada 20 Juni 1970 sekira pukul 20.30 WIB, kondisi Soekarno memburuk.
Soekarno pun mengalami koma.
Mahar Mardjono, dokter yang menangani Soekarno tampaknya sudah mahfum apa yang sedang terjadi.
Mahar kemudian menghubungi anak-anak Soekarno.
Mereka pun berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB.
Mereka yang datang saat itu adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati.
Pukul 07.00 WIB, dokter Mahar membuka pintu kamar.
Anak-anak Soekarno masuk ke kamar perawatan, dan mengajukan sejumlah pertanyaan ke dokter Mahar.
Meski demikian, dokter Mahar tak menjawabnya.
Ia hanya menggelengkan kepala.
Beberapa saat kemudian, suster mencabut selang makanan, dan alat bantu pernapasan.
Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir.
Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Soekarno.
Soekarno yang masih bisa mendengar ucapan Megawati, berusaha mengikutinya.
Namun, kalimat yang diucapkan Soekarno tak selesai.
Baca juga: Diwarnai Tangis Haru, Rachmawati Soekarnoputri Diangkat Jadi Ketua Dewan Pembina Persipura
Soekarno hanya mampu mengucapkan "Allah".
"Allaaah...," ucap Soekarno lirih seiring napasnya yang terakhir.
Tangis keluarga pun pecah.
Soekarno meninggal pada pukul 07.07 WIB.
Sempat Ditengok oleh Hatta
Mengutip Kompas.com, beberapa hari sebelum meninggal, Soekarno sempat dijenguk oleh sahabatnya yang juga Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta.
Hal itu diceritakan dalam buku Mengenang Bung Hatta (1988).
Dalam buku itu, Iding Widjaja Wangsa menuliskan kesaksian putri Bung Hatta, Meutia Hatta sesaat sebelum Soekarno wafat.
Saat menjenguk Bung Karno bersama ayahnya di RSPAD Gatot Soebroto, Meutia menyebut wajah Bung Karno telah pucat dan tak sadarkan diri.
Mengetahui kondisi itu, Bung Hatta beserta rombongan pun meninggalkan ruang perawatan itu.
Namun, Bung Karno tiba-tiba siuman dan tangannya seperti menggapai-gapai dan menunjuk sesuatu di atas kepalanya.
Gerakan itu mengisyaratkan perawat untuk mengambilkan kacamata untuknya.
Setelah memakainya, Bung Karno kemudian melambaikan tangannya seakan meminta Bung Hatta mendekat.
Menurut kesaksian Meutia Hatta, Soekarno mengucapkan kalimat yang sulit ditangkap, karena dalam bahasa Belanda: "Hoe gaat het met jou? (apa kabar)" sambil menitikkan air mata.
Baca juga: Kenang Ulang Tahun Sang Proklamator, Guntur Soekarno Kembali Luncurkan Buku Bung Karno
Ia memandangi kawannya, Hatta yang terus memijit lengannya.
Tak ada yang bisa dilakukan Hatta kecuali berpesan padanya. "Ya, sudahlah. Kuatkan hatimu, tawakkal saja pada Allah. Saya doakan agar lekas sembuh," kata Bung Hatta.
Tak lama setelah itu, Bung Karno pun menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu, 21 Juni 1970 pukul 07.00 WIB.
Bung Karno kemudian dimakamkan di Blitar, tempat Ibunya juga dimakamkan.
(Tribunnews.com/Daryono) (TribunJatim/Januar) (Kompas.com)