TRIBUNNEWS.COM - Wisata pertanian sedang menjadi tren. Pasalnya prospek agro wisata sangat menjanjikan. Kementerian Pertanian kini telah menggagas kampung Hortikultura yang direspon luar biasa oleh petani.
Lokasi Agrowisata yang terletak di Desa Sumber Agung, Kecamatan Ngaringan, Andalan Kab. Grobogan-Jawa Tengah ini menjadi tempat rekreasi baru di tengah pandemi. Lahan seluas 60 hektar ini dulunya adalah lahan yang kurang produktif. Alhasil, kini telah berubah menjadi kebun petik kelengkeng yang banyak digandrungi, khususnya anak-anak milenial.
Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengaku sangat senang melihat kebun kelengkeng milik kelompok tani Sumber Rezeki ini. Ahli Lingkungan dan Agroklimat itu juga menuturkan bahwa kampung kelengkeng ini adalah contoh nyata pengembangan Kampung Hortikultura yang digagasnya.
"Lokasi ini telah mengusung konsep Kampung Hortikultura, dan inilah contoh dari kampung buah yang rencananya akan kita kembangkan," tuturnya, Kamis, (24/6).
Pengembangan kampung kelengkeng bertujuan untuk mengurangi importasi kelengkeng yang setiap tahun datang dari negara Thailand. Diharapkan program kampung Hortikultura ini nantinya akan menjadi pemantik kesejahteraan petani sehingga kita bisa mandiri kelengkeng dan tidak tergantungan impor lagi.
Saat ditemui, Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki Wasiran mengaku tidak pernah sepi pengunjung.
"Iya betul mas, Alhamdulillah banyak yang berkunjung kesini, baik sekedar berwisata sambil metik sendiri atau sengaja beli untuk dijadikan buah tangan, tapi Insya Allah mereka semua mematuhi prokes yang telah ditatapkan oleh pemerintah," ujarnya pada pewarta.
Senada dengan Wasiran, Koordinator PPL Kec. Ngaringan Moh Matamari membeberkan bahwa 30 hektar dari total luasan 60 hektar kebun kelengkeng itu berasal dari alokasi APBN 2021 sedangkan sisanya swadaya petani.
Varietas yang ditanam yaitu Itoh Super dengan rata-rata produksi 1 kwintal per pohon. Dalam 1 hektar terdapat 300 pohon, maka produksi mencapai 30 ton per hektar dalam satu periode panen.
Kampung kelengkeng ini disinyalir sangat menguntungkan petani, sebab setiap pengunjung yang masuk ke kawasan agrowisata dikenakan tarif Rp30 ribu dengan atraksi makan kelengkeng sepuasnya. Tapi jika ingin membawa pulang maka harus membayar Rp40 ribu perkilogramnya.
Tercatat, pengunjung yang datang ke kebun kelengkeng ini baru berasal dari sekitar Kab. Grobogan, Blora, Pati, dan Semarang.(*)