TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menyebut latihan gabungan (latgab) antara TNI AD-US Army bertajuk Garuda Shield merupakan salah satu bentuk konkret dari diplomasi pertahanan.
Menurut Fahmi, hal tersebut memiliki peran penting dalam menjaga kepentingan nasional.
Fahmi mengatakan, penting melihat perjalanan diplomasi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Sebelun berbicara apa manfaat atau keuntungan yang didapat Indonesia dari gelaran Latgab Garuda Shield, saya kira perlu sedikit menengok ke belakang, terkait perjalanan diplomasi pertahanan Menhan Prabowo,” ujarnya, dalam keterangan tertulis Kamis (29/7).
Fahmi mengatakan bahwa diplomasi pertahanan merupakan salah satu sarana mewujudkan kepentingan nasional di bidang pertahanan dan keamanan. Peranannya sangat strategis dalam menghadapi permasalahan yang ada.
"Terutama agar eskalasi tidak meningkat ke arah konflik serta dapat saling memperkuat confidence building measures (CBM), keamanan, hingga stabilitas kawasan," katanya.
Latgab tersebut, menurut Khairul, adalah bentuk pertahanan dengan tujuan membangun kepercayaan (CBM), mengurangi rasa takut, dan kesalahpahaman kedua belah pihak. Selain itu, mengarahkan pada upaya meningkatkan kemampuan sektor pertahanan (defense capabilities).
"Artinya, Indonesia dalam hal ini tentu saja berharap gelaran latgab nanti akan memperkuat kesepahaman, memperkaya pengalaman, serta meningkatkan kemampuan dan kecakapan TNI, terutama para personel yang terlibat," tuturnya.
Adapun Khairul yakin latgab tersebut tidak akan menimbulkan persepsi tentang kedekatan RI-Amerika Serikat (AS) di tengah persaingan dengan China di Laut China Selatan (LCS). Dia justru melihat, kerja sama ini kian menegaskan sikap Indonesia sebagai penganut politik bebas aktif dan menolak berpihak ke salah satu kutub.
Baca juga: Prabowo Siapkan Pagu Anggaran Pertahanan 0,8% dari PDB untuk 25 Tahun
"Latgab itu, saya kira, juga tidak akan berpengaruh signifikan terhadap hubungan Indonesia-China di luar isu Laut China Selatan. Sejauh ini, sejak hubungan kedua negara dinormalisasi, hubungan itu tidak pernah benar-benar memburuk bahkan cenderung menguat," paparnya.
Khairul juga ragu hubungan RI-China bakal memburuk menyusul adanya latgab Garuda Shield. Apalagi dalam berbagai kesempatan, Indonesia jelas membuka ruang-ruang kerja sama yang intens dengan "Negeri Tirai Bambu" serta membatasi sikap tegasnya hanya menyangkut persoalan LCS.
"Tanpa menyinggung isu-isu lain yang dinilai tak relevan atau tak menguntungkan bagi hubungan bilateral Indonesia-China," sambungnya.
Sebelumnya, TNI AD dan US Army dijadwalkan melakukan latgab Garuda Shield pada Agustus 2021.
Program tersebut diklaim yang terbesar dibandingkan kegiatan serupa sebelumnya lantaran melibatkan 2.246 personel TNI AD dan 2.282 tentara AS.
Garuda Shiled kali pertama dilakukan di Bandung, Jawa Barat, pada 2009. Pada tahun ini, kegiatan dilaksanakan di tiga daerah latihan (rahlat), yakni Pusat Latihan Tempur Baturaja, Makalisung, dan Amborawang, dengan materi latihan lapangan, menembak, medis, dan penerbangan.