TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Prof Djoko Suryo menilai mantan Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo patut dipertimbangkan untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Hal itu didasarkan Djoko berdasarkan tinjauan sejarah dan pelacakan sumber informasi yang menunjukan adanya peran penting yang dilakukan Ali dalam perjuangannya terutama dalam politik diplomasi dan pemerintahan Indonesia.
Berdasarkan tinjauan tersebut, kata dia, Ali berjasa di bidang politik luar negeri bebas aktif yang hingga saat ini masih relevan sebagai politik luar negeri Indonesia.
Hal tersebut disampaikannya dalam Webinar Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Ali Sastroamidjojo bertajuk "Peran dan Jasa Bapak Ali Sastroamidjojo Dalam Pemerintahan dan Diplomasi Indonesia" yang disiarkan di kanal Youtube BPPK Kemlu pada Jumat (30/7/2021).
"Ali Sastroamidjojo pada hakikatnya dengan demikian layak dipertimbangkan untuk memeproleh gelar Pahlawan Nasional Indonesia," kata Djoko.
Baca juga: Hingga 2020, Ada 191 Orang yang Telah Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional
Dari sederet kiprah Ali dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, menurutnya salah satu pengalaman yang menarik disimak adalah pada masa tahun 1950-an.
Pada saat itu, kata Djoko, Ali menjadi tokoh yang betul-betul memiliki kekhasan sebagai pejuang politik bebas aktif ketika dunia sedang dilanda perang dingin antara negara adikuasa Amerika Serikat dan Uni Soviet, dan memiliki pengaruh terhadap negara-negara di dunia yang lain.
Peristiwa tersebut, lanjut dia, melahirkan pertentangan pandangan negara blok barat dan blok timur dalam periode tahun 1950-an sampai 1990-an.
"Pada waktu itu Indonesia di bawah Soekarno namun kabinet pemerintahan dijabat oleh Ali Sastroamidjojo dan di situlah merupakan satu periode menarik untuk dicatat di mana Ali Sastroamidjojo berhasil menjabat pemerintahan dalam kabinet yaitu menjalankan politik bebas aktif yang sebetulnya digagas oleh Mohammad Hatta," kata Djoko.
Meskipun politik bebas aktif digagas oleh Mohammad Hatta, kata dia, tetapi Ali Sastroamidjojo berhasil menjadi eksekutor yang sukses dari gagasan tersebut.
Menurutnya, hal tersebut tampak ketika Ali Sastroamidjojo melahirkan gagasan, persiapan, pelaksanaan, sampai terakhir Konferensi internasional Tingkat Tinggi Asia-Afrika yang dimulai dari konferensi-konferensi di Kolombo, Bogor, sampai Bandung.
Djoko mengatakan saat konferensi itulah ketika Ali Sastroamidjojo sukses menjadi pimpinan konferensi Asia Afrika dan kemudian melahirkan dengan sukses Gerakan Non Blok atau Non-Aligned Movement dan bisa menggalang semua peserta 29 negara itu menjadi satu blok yang ingin mencapai perdamaian dunia di tengah pertarungan dari perang dingin.
"Oleh sebab itulah sosok Ali Sastroamidjojo dalam hal ini dapat disebut sebagai sosok seorang pejuang politik bebas aktif," kata Djoko.