Kedua lapangan tersebut merupakan lapangan minyak terbesar dari total 115 lapangan produksi di Blok Rokan saat ini, dengan luas wilayah mencapai 6.264 kilometer.
Pada 1971, Chevron menandatangani kontrak pengelolaan Blok Rokan selama 30 tahun, dan kemudian diperpanjang pada 1992.
Saat itu, Chevron mendapat tambahan perpanjangan kontrak hingga 20 tahun.
Kini, PHR menjadi operator tambang migas tertua di bumi Lancang Kuning tersebut selama 20 tahun ke depan.
Perpindahan alih kelola itu sesuai dengan amanat yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Menteri ESDM pada tahun 2018.
Pada akhir Juli 2021, rata-rata produksi Blok Rokan sekitar 160,5 ribu barel per hari atau sekitar 24 persen dari produksi nasional, dan 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, hingga akhir 2021, PHR merencanakan pengeboran 161 sumur baru, termasuk sisa sumur dari komitmen operator sebelumnya.
Untuk 2022, kata Nicke, PHR merencanakan pengeboran kurang lebih sebanyak 500 sumur baru.
"Komitmen ini merupakan komitmen investasi dan jumlah sumur terbesar di antara Blok migas lain di Indonesia," ucap Nicke.
Kegiatan pengeboran tersebut akan didukung dengan penyiapan tambahan 10 rig pemboran, sehingga secara total tersedia 16 rig pemboran serta 29 rig untuk kegiatan Work Over & Well Service yang merupakan mirroring dari kontrak sebelumnya.