Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha Candraditya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada 2019 Puan Maharani mencatatkan sejarah setelah dirinya dipilih sebagai perempuan pertama yang menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI. Sebelumnya, jabatan ini selalu diisi oleh kaum “maskulin”.
Bila ditarik lagi ke belakang, Puan juga pernah didapuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan oleh Presiden Joko Widodo pad 2014-2019.
Apalagi, Puan juga masuk jajaran elite partai yang dipimpin oleh Ibunya, Megawati Soekarnoputri.
Publik pun bersuara, mempertanyakan kredibilitas dan kualitas kepemimpinan seorang Puan Maharani.
Terlebih lagi, dia memang sudah berada di lingkaran abdi negara seumur hidupnya. Ibunya ialah Presiden RI Kelima, almarhum ayahnya Taufiq Kiemas menjabat Ketua MPR, lalu kakeknya adalah Proklamator sekaligus Presiden Pertama RI.
Lalu seperti apa sebenarnya sosok Puan?
Ketika berbicara soal kepemimpinan, Puan dinilai merupakan sosok yang cukup cerdas dan cepat dalam menyesuaikan diri sebagai pemimpin. Pendapat ini disampaikan oleh Politikus PDI Perjuangan Ario Bimo.
“Kadang bisa sebagai teman, bisa sebagai kakak, kadang bisa juga sebagai ibu, kadang dia (Puan) juga bisa mengeluarkan taringnya sebagai pemimpin yang berani bersikap,” kata Ario ketika dihubungi melalui saluran telepon pada Rabu (5/8/2021).
Baca juga: Puan Maharani: Prokes Tetap Nomor Satu, Syarat Sertifikat Vaksin Nomor Dua
Baca juga: Profil Puan Maharani di Wikipedia Tertulis Ketua Dewan Pencitraan Rakyat
Dia juga melihat bahwa eks Menko PMK tersebut berproses dan akan menjadi seseorang yang cukup matang. Selama satu tahun terakhir ini, Ario menyebutkan Puan harus menghadapi berbagai persoalan.
Di antaranya, lanjut dia, RUU Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang sempat menghebohkan DPR, kemudian persoalan microphone, dan sosoknya yang dikait-kaitkan dengan Ganjar sempat menyudutkan posisi Puan.
“Tapi ada keberanian karena akal dan keyakinannya yang menurut saya cukup tegar, dan dia cukup mencermati perkembangan dinamika yang ada dan di dalam proses itu lah yang dia harus lalui, di dalam satu tekanan dan sesuatu yang cukup getir ya buat perasaannya dia,” ucap Ario.
Dia menilai Puan cukup tenang dalam menyikapi berbagai persoalan tersebut.
Ario melihat proses kematangan Puan akan semakin nampak ketika memimpin DPR dengan fraksi pemenang pemilu, terlepas ada pro dan kontra dalam proses itu.
Mengaitkannya dengan kemungkinan Puan maju sebagai kandidat presiden dalam Pilpres 2024, Ario beranggapan bahwa waktunya masih cukup untuk Puan melakukan upaya yang ditujukan untuk proses elektoral. Ario menekankan, beban menjadi pemimpin negara bukan hal yang mudah.
Baca juga: Puan Maharani: Kembalinya Blok Rokan Harus Dirasakan Rakyat
“Saya percaya kalau beliau mau maju dalam kandidat presiden, waktunya masih cukup untuk lebih meng-create, melakukan corrective action di dalam berbagai hal yang lebih ditujukan untuk proses elektoral. Karena Mbak ini terlalu lugu juga, terlalu original, belum dipoles-poles,” ujar pria kelahiran 29 Mei 1965 ini.
Secara pribadi, Ario yang cukup dekat dengan Puan ini menilai ada satu hal yang dianggapnya cukup matang dalam proses berbagai dinamika satu tahun terakhir ini.
“Saya suka Mbak justru tidak diruntuhkan. Mbak terhantam oleh baliho, Mbak dihantam oleh mic, Mbak dihantam oleh kasus Jawa Tengah kemarin,” Ario menekankan.
Satu hal yang berkesan baginya tentang sosok Puan adalah dia selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi seorang cucu Soekarno yang mendapatkan tugas berbagai jabatan politik.
Puan pernah berkata kepadanya bahwa jabatan itu adalah sarana efektif untuk mewujudkan cita-cita kakek dan ibunya yang belum tercapai.
“Saya masih yakin kehendak subjektif itulah yang akan memajukan Mbak Puan untuk membekali diri supaya cita-cita kekuasaan yang dia inginkan itu hanya sekadar sarana untuk mewujudkan cita-cita kakek dan ibunda yang belum terwujud. Itu yang Mba Puan sering katakan ke saya,” Ario bercerita.
Aktif dan responsif
Ketika tanggung jawab sebagai Ketua DPR resmi ditugaskan kepada Puan, masih ada pihak yang menyangsikan. Namun, ada pula yang menaruh harapan, bahkan bersuka cita karena akhirnya Indonesia punya Ketua DPR perempuan.
Pengamat politik President University, Muhammad AS Hikam, pernah menyampaikan bahwa Puan telah mengukir sejarah perpolitikan di Tanah Air, sebagaimana ibunya dulu. Menurut dia, capaian ini harus disyukuri dan diapresiasi serta dicatat dengan tinta emas.
Hikam juga menyebutkan bahwa pengalaman Puan telah cukup panjang dalam berbagai penugasan, mulai dari kader partai, anggota parlemen, Ketua Fraksi, Menteri Koordinator dan kini Ketua DPR. Dia percaya dengan setumpuk pengalaman ini, Puan akan mampu membawa DPR RI ke arah lebih baik.
Kemudian setelah satu tahun menjabat Ketua DPR, yakni pada 2020, kepemimpinan Puan mulai mendapat apresiasi. Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirajuddin Abbas menilai, Puan berhasil meningkatkan konsistensi DPR dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Selain itu menurutnya, Puan cukup responsif dalam mendengar aspirasi rakyat, terutama melalui forum-forum online. Hal ini menjadi indikasi penting bahwa DPR cukup aktif mendengar, menampung, dan memikirkan aspirasi rakyat.
Dia menilai sejauh ini pandemi Covid-19 juga tidak mengganggu kinerja DPR dalam menjalankan tupoksinya. Dalam beberapa bulan selama pandemi, DPR tetap produktif membahas dan menyelesaikan sejumlah undang-undang penting.
Dalam sisa masa jabatannya, Sirajuddin menyarankan agar Puan terus memimpin DPR sesuai harapan publik, yakni lebih kritis dan proaktif dalam perumusan kebijakan. Jika hal ini berhasil dilakukan, menurutnya, DPR akan dapat mengembalikan kepercayaan rakyat pada akhir periode ini.